Menengok Bisnis Sambal Ikan Diana di Samarinda sampai Kini Beromzet Rp 45 Juta

Diana Mariana bersama produk sambal ikan miliknya (niaga.asia/Annisa Dwi Putri)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Jika semua orang tahu jalan untuk sukses dari para pelaku UMKM dengan cara yang bisa ditiru, hampir dipastikan seluruh pelaku usaha akan melakukannya. Meskipun perjalanan dan proses tiap orang berwirausaha tidak sama, namun jika bisa mencontoh yang telah berhasil, mengapa tidak dilakukan.

Seperti kisah pelaku usaha asal Kota Tepian-motto kota Samarinda- yang satu ini, Diana Mariana, 41 tahun, seorang wanita yang memulai usahanya di bidang kuliner pada 2017. Kini ia berhasil memperluas bisnisnya hingga ke seluruh penjuru Samarinda. Bisnis yang dijalankan Diana ini berfokus pada produk olahan ikan berupa sambal.

Diana memilih sambal ikan sebagai produk utamanya saat ini lantaran Kalimantan Timur, khususnya di Samarinda dan sekitarnya, memiliki potensi ikan yang melimpah. Berangkat dari itu, dia memanfaatkannua untuk menghasilkan produk yang unik.

“Aneka sambal mulai dari ikan teri, udang, ada abon ikan cakalang juga. Jadi artinya ini cara mudah makan ikan. Sebab tidak ada durinya tinggal makan saja,” kata Diana dalam perbincangan.

Tidak hanya olahan ikan saja, ia juga menjual beberapa produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) lainnya, baik dari dalam maupun luar daerah. Bahkan Diana juga mampu memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya.

“Saya pribadi merangkul teman-teman karena saya ada toko oleh-oleh pribadi di Jalan KS Tubun. Jadi produk teman yang lokal juga kita bantu promosikan. Dari Bengalon, Bontang dan Balikpapan itu kita rangkul,” ujar Diana.

“Kami juga memberikan pelatihan untuk ibu-ibu melalui Probebaya. Jadi kami berdayakan perempuan untuk bisa kreatif untuk kegiatan yang menghasilkan,” Diana menambahkan.

Menilik sedikit ke belakang, pada awal UMKM yang dia jalankan itu, mengantongi modal awal sekitar Rp 500 ribu. Seiring waktu, bisnisnya berkembanf dan mampu memiliki beberapa karyawan, hingga beromzet puluhan juta tiap bulannya.

“Dulu dengan kemasan atau standar dan kita terus konsisten. Alhamdulillah yang dulunya tidak ada alat produksi, sekarang sudah punya alat produksi. Yang dulunya kita tidak punya rumah produksi, sekarang sudah punya dan mendapat omzet Rp 45 juta ke atas sebulan,” ungkap Diana.

Meskipun demikian, ia berharap usahanya dapat lebih sukses lagi ke depannya. Tak hanya itu saja, perempuan ini berharap agar pemerintah dapat mendukung seluruh pelaku UMKM yang ada di Kota Samarinda.

“Untuk pemerintah bisa memperhatikan UMKM kecil, karena permasalahannya ada pada pemasaran dan kemasan. Sebab kemasan yang lebih premium jarang diperoleh di lokal, sehingga kami harus keluar kota untuk pemesanan. Itu membuat harga produk jadi lebih mahal, sehingga bersaing dengan luar daerah masih kalah,” tutupnya.

Penulis : Annisa Dwi Putri | Editor : Saud Rosadi

Tag: