Menengok Potret Kumuh Kota Samarinda Tempat Perantau Mengadu Nasib

Salah satu kawasan tinggal kumuh. Akses masuk ke kawasan ini dari Jalan Mularman yang juga berdiri bangunan hotel menjulang tinggi. Gambar diambil hari Rabu 24 Mei 2023 (niaga.asia/Saud Rosadi)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Ibu kota provinsi Kalimantan Timur, Samarinda, jadi salah satu kota penyangga ibu kota nusantara (IKN). Sudah rahasia umum, kota seluas 718 kilometer persegi yang hanya memiliki penduduk kurang sekitar 834 ribu jiwa menjadi salah satu sasaran para perantau mengadu nasib.

Sebagai pusat berdirinya kantor pemerintahan provinsi sekaligus salah satu pusat kegiatan ekonomi, kota Samarinda tidak lepas dari berdirinya bangunan liar dan kumuh. Salah satunya berada di Jalan Mulawarman.

Dahulu era tahun 1990-an di kawasan itu, berdiri pusat bisnis Pinang Babaris. Kini, kawasan itu menjulang kokoh dua bangunan hotel jaringan nasional.

Pagi ini tadi, jam menunjukkan 10.41 Waktu Indonesia Tengah. Kabar tersebar di grup WhatsApp, ditemukan seorang pria yang tinggal di petak kamar dalam kondisi meninggal dunia.

“Penemuan di Gang Rombong,” tulis salah member grup WhatsApp.

Salah satu akses jalan sekitar petak tinggal Suryaman. Terlihat ada terpasang kamera CCTV (istimewa/PS)

Bagi percakapan grup WhatsApp, kata penemuan dimaksud adalah informasi ditemukannya jasad manusia. Gang Rombong, adalah salah kawasan permukiman di Jalan Pelabuhan.

Grup WhatsApp lainnya memperlihatkan gambar pria itu hanya mengenakan sarung, sedang terbaring di kasur pegas. Kaki kanannya terlipat, sementara kaki kirinya menjulang ke lantai.

Dari dokumentasi identitasnya, pria itu bernama Suryaman, beralamat tinggal di Kampung Bonto Lebang, Kelurahan Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Pria itu dievakuasi tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) Satuan Reserse Kriminal Polresta Samarinda, bersama tim Palang Merah Indonesia (PMI), ke kamar jenazah RSUD Abdul Wahab Syachranie di Jalan Palang Merah.

Proses evakuasi jenazah Suryaman. Dia adalah penghuni baru tiga hari di petak tinggal itu (istimewa/RL)

Melihat foto-foto di grup WhatsApp, niaga.asia sempat penasaran dengan dokumentasi suasana tempat tinggal pria itu. Terkesan kumuh, karena mirip bangunan liar yang menempel di tembok beton.

Adzan penanda tiba waktu Salat Dzuhur berkumandang. Usai Dzuhur, sekitar pukul 12.30 Waktu Indonesia Tengah, niaga.asia menelusuri kawasan tinggal pria itu, di Jalan Mulawarman.

Menuju ke bangunan tinggal pria itu, masuk ke dalam sekitar 200 meter. Jalannya tidak mulus, dengan lebar sekitar 5 meter. Di sisi kanan, berdiri bangunan hotel. Sisi kiri, deretan rumah dan toko nyaris tidak ada lagi aktivitas jual beli.

Terlihat dua orang pria dan wanita sedang nongkrong di depan salah satu rumah dan toko itu.

Tiba di ujung jalan, terlihat sampah berserakan. Di sekitarnya, ada bangunan tinggal berkeliling pagar dan tembok beton, yang diketahui sebagai bangunan tinggal karyawan hotel.

“Iya (bangunan mess karyawan),” kata petugas sekuriti merespons pertanyaan.

Tim INAFIS bersama PMI mengevakuasi jenazah Suryaman dari petak tinggalnya yang hanya berukuran sekitar 5×4 meter, Rabu 24 Mei 2023 (istimewa/RL)

Di luar tembok bangunan mess itu, berdiri bangunan terbuat dari papan. Sekitarnya pun demikian. Ada sampah berserakan, dan berdiri bangunan yang sama, yang ternyata jadi tempat tinggal Suryaman, yang ditemukan tidak bernyawa pagi ini tadi.

niaga.asia melihat dari dekat bangunan petak tinggal Suryaman. Ukurannya hanya sekira 5×4 meter, beratap seng, dan menempel di tembok. Namun di dalamnya, terdapat kasur pegas, atau biasa disebut Spring Bed, yang jadi alas tidur Suryaman.

niaga.asia mencoba menengok akses jalan di sebelah petak tinggal Suryaman, yang disebut sebagai Gang Rombong. Lebarnya kira-kira sekitar 3 meter. Namun kiri kanan akses jalan menuju Jalan Pelabuhan itu, berdiri bangunan rata-rata terbuat dari papan.

Uniknya, meski terlihat kumuh, di salah satu bangunan, terpasang kamera CCTV. Belum diketahui persis kamera itu berfungsi atau tidak.

Ada terpal, karpet, menutupi bangunan-bangunan itu. Terlihat beberapa orang warga sedang nongkrong di akses jalan itu. Mereka terlihat heran dengan kedatangan orang-orang sebelumnya tidak mereka kenal.

Kiri gambar menjadi petak tinggal Suryaman warga pendatang dari Sulawesi Selatan hingga akhirnya meninggal dunia, Rabu 24 Mei 2023. Bangunan itu menempel di dinding tembok (niaga.asia/Saud Rosadi)

Seorang pria tua datang menghampiri. Menurut dia, pria bernama Suryaman di petak itu baru saja tinggal sekitar tiga hari ini. Diketahui, Suryaman memang sedang sakit.

“Baru tiga hari, datang (berasal) dari Sulawesi. Menyewa Rp 125 ribu per bulan,” kata pria tua itu.

Menurut dia, Suryaman belum memiliki pekerjaan.

“Baru mau cari kerja. Rencananya dia ini (Suryaman) mau ikut kerja di pelabuhan,” ujar pria itu.

Satu warga lainnya, seorang wanita yang tidak lagi muda, juga ikut menghampiri. Dari sorot matanya, terlihat mengamati gerak gerik niaga.asia, yang kemudian meninggalkan lokasi itu sekitar pukul 12.40 Waktu Indonesia Tengah.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: