Menteri ESDM Tekankan Keberlanjutan Transisi Energi Global di IRENA 13th Session Assembly

Indonesia menjadi Vice President of the Assembly bersama dengan Zimbabwe, Belgium, dan Uruguay di IRENA 13th Session Assembly. (Foto Kementerian ESDM)

ABU DHABI.NIAGA.ASIA – Desakan mempercepat proses transisi energi menjadi urgensi yang harus dipersiapkan tiap negara demi menekan emisi gas rumah kaca global serta menahan laju kenaikan suhu global.

Pernyataan ini disampaikan secara langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat menghadiri pertemuan the 13th Session of the Assembly of the International Renewable Energy Agency (IRENA) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada Sabtu (14/1) waktu setempat.

Sebagai Vice President of Assembly, Menteri ESDM menyampaikan komitmen Indonesia melakukan akselerasi transisi energi hingga tahun 2023. Berbagai upaya tengah dilakukan mulai dari program percepatan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), pengakhiran operasional lebih dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), cofiring biomassa pada PLTU, program mandatori biodiesel 30%, dan pengembangan jaringan listrik supergrid.

“Ini langkah nyata untuk menuju Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat sekaligus sebagai dukungan Indonesia pada United Nations Climate Conference COP28 untuk memastikan program yang sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan,” jelas Arifin pada High Level Planery Session.

Pemerintah Indonesia, sambung Arifin, tengah menyiapkan beragam payung hukum untuk memberikan kepastian usaha yang kondusif di sektor EBT sehingga mampu meningkatkan utilisasi pengembangan industri EBT dan perekonomian nasional.

Arifin juga sempat menyinggung peran Asia Tenggara dalam mewujudkan percepatan transisi energi. Salah satu langkah agresif dilakukan melalui pengembangan inovasi teknologi rendah karbon dan pendanaan yang besar.

“Menurut laporan IRENA, pada tahun 2050 ASEAN membutuhkan pembiayaan sebesar USD29,4 triliun termasuk untuk biaya bahan bakar, operasi dan pemeliharaan serta skenario biaya pembiayaan dengan 100% energi terbarukan,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera mengatakan peran besar kerja sama internasional dalam menyukseskan transisi energi.

“Upaya harus dipercepat, sambil memastikan bahwa manfaat tersebar merata di seluruh negara dan komunitas. Kerja sama internasional akan memainkan peran penting dalam memastikan bahwa semua negara memiliki kesempatan untuk mempercepat penyebaran teknologi dan mengamankan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka. Keanggotaan IRENA menawarkan platform unik untuk mendorong agenda energi global di COP28 dan seterusnya,” kata Francesco.

Pertemuan IRENA kali ini dipimpin oleh Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera bersama Menteri Power and New and Renewable Energy India sebagai President of the 13th Assembly dengan tema “World Energy Transitions – The Global Stocktake” dan dihadiri oleh perwakilan negara-negara anggota IRENA serta organisasi mitra kerja sama di bidang pembangunan. Pada pertemuan ini, Indonesia menjadi Vice President of the Assembly bersama dengan Zimbabwe, Belgium, dan Uruguay.

Pada pembukaan the 13th Session of the Assembly of the International Renewable Energy Agency (IRENA), para pemimpin energi, sektor swasta, dan organisasi internasional memberikan wawasan tentang tindakan prioritas yang diperlukan selama beberapa tahun ke depan, mengingat lini masa di tahun 2030 untuk mengurangi separuh emisi dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Diskusi menyimpulkan bahwa:

  • Dunia tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan iklim dan pembangunan dan bahkan mengalami kemunduran dalam beberapa kasus.
  • Tindakan tidak dapat ditunda dan harus diambil dengan solusi yang sudah tersedia.
  • Meskipun setiap negara berbeda, masing-masing harus menemukan cara untuk menyeimbangkan prioritas nasional dengan tujuan jangka pendek dan jangka panjang untuk mempercepat tindakan yang didorong oleh global.
  • Global Stocktake adalah proses yang penting. Yang tak kalah penting adalah menemukan kesepakatan bersama tentang prioritas global setelah COP28 di Dubai.

IRENA tetap menjadi platform transisi energi global untuk mendorong aksi dengan kecepatan yang lebih cepat.

Sebagaimana diketahui, IRENA adalah badan internasional yang berupaya untuk mengatasi perubahan iklim melalui pemanfaatan energi yang ramah lingkungan. Tujuannya adalah untuk membantu pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan secara luas melalui kegiatan-kegiatan yang konkrit.

IRENA juga telah mendukung pelaksanaan Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022 dan mendukung penuh rencana Keketuaan (Chairmanship) Indonesia di ASEAN tahun 2023.

Sumber: Biro KLIK Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan

Tag: