Indonesia memiliki visi Indonesia Emas pada tahun 2045, untuk dapat masuk menjadi kelompok negara berpenghasilan tinggi (High Income Countries), yaitu negara dengan penghasilan per kapita sebesar US$12,000.
Untuk mencapai visi tersebut Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi lebih tinggidari 5% sekaligus keluar dari Middle Income Trap yaitu kondisi dimana suatu negara yang telah berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, namun stuck dan tertahan untuk berkembang menjadi negara berpenghasilan tinggi.
Hal ini terjadi karena pada level tertentu negara berpendapatan menengah akan menjadi tidak kompetitif padasektor industri bernilai tambah (value added industries), seperti manufaktur. Industri padat karya juga akan mulai berpindah ke negara berupah rendah sehingga pertumbuhan ekonomi padanegara Middle Income Country akan cenderung stagnan atau bahkan menurun.
Demikian hasil Reviu Informasi Strategis Periode Juli 2024 – September 2024 yang diolah Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dan dilansir dilaman resminya.
Berikut adalah hasil Reviu Informasi Strategis Periode Juli 2024 – September 2024 yang diolah Pusat Data dan Informasi (Pudatin) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dari berbagai sumber.
Berdasarkan data World Bank tahun 2022, pendapatan per kapita Indonesia masih sekitar US$4,788 sehingga diperlukan lompatan 2,5 kali lipat untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Kutukan sumber daya alam
Indonesia sudah memiliki modal untuk menuju ke arah tersebut. Potensi Indonesia dari bonus demografi usia produktif Indonesia dalam 10−15 tahun ke depan disinyalir dapat menjadi motor penggerak ekonomi utama kemajuan ekonomi Indonesia.
Dan tentunya yang tidak kalah penting adalah berlimpahnya kekayaan sumber daya alam Indonesia yang menjadi modal utamapembangunan ekonomi di Indonesia untuk menjadi High Income Countries.
Yang harus menjadi perhatian, modal dan potensi yang saat ini dimiliki Indonesia untuk meningkatkan ekonomi nasional dapat memberikan kutukan yang jamak disebut Kutukan Natural Resources Curse (NRC).
NRC merupakan fenomena dimana kekayaan alam yang dimiliki negara tidak dapat memberikan manfaat bagi masyarakatnya, kadangkala ternyata tidak sebanding dengandampak negatif yang diakibatkan dalam proses ekploitasinya.
Diantaranya, kerusakan alam dan lingkungan secara masif yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan hidup yangmenjadi sumber penghidupan manusia seperti pencemaran air, tanah, dan udara.
Selain dampak terhadap lingkungan, tidak jarang kekayaan SDA ini juga memicu adanya konflik sosial, seperti konflik lahan dengan masyarakat sekitar, serta dampak lain seperti adanya kesenjangan pembangunan ekonomi dan ketimpangan.
Negara−negara di Amerika Latin dan Afrika seperti Bolivia, Chile, Afrika Selatan telah menjadi bukti adanya NRC ini, karena anugrah kekayaan sumber daya alam yang melimpah belum bisa melepaskan diri dari statusnegara mereka sebagai negara miskin dan berkembang.
Belajar dari Tiongkok
Sementara itu negara besar seperti Republik Rakyat Tiongkok dan negara baru seperti Timor Leste justru dianggap mampu keluar dari NRC dan dalam arah yang benar untuk menggunakan kekayaan SDA nya modal dasar pertumbuhan ekonomi negaranya. Dalam berbagai studi, Resource Curse terjadi akibat buruknya tata kelola SDA, termasuk diantaranya berkaitan dengan praktek korupsi.
Berkaca dari kondisi saat ini, Indonesia perlu belajar dari pengalaman RRT dan Timor Leste untuk mengambil nilai yang relevan dari usaha mereka memanfaatkan SDA untuk kemakmuran rakyat sebenar−benarnya.
Sebagai negara yang baru merdeka di tahun 2000, Timor Leste jelas memiliki banyak tantangan dan hambatankhususnyadalampolitikdantatakelola SDA nya, namun pelajaran yang bisa dipetik dari Timor Leste adalah adanya keinginan kuat dari seluruh elemen bangsa untuk mau menyingkirkan ego masing−masing demi mewujudkan cita−cita bersama yaitu lepas dari belenggu kemiskinan dan peperangan dengan mengkonsolidasikan demokrasi bersama.
Dengan bantuan teknis dari dunia internasional, serta kerjasama antar pimpinanpolitik, Timor Leste berhasil mengumpulkan dana abadi dari hasil penjualan dan pengolahan SDA nya untuk dimanfaatkan dalam proses perbaikan infrastuktur dan peningkatan kualitas SDM.
Kontras dengan Timor Leste, RRT merupakan negara besar yang telah eksis beratus tahun yang lalu memiliki cara yang unik dalam mengatasi ketergantungan terhadap sumber daya alam.
Kondisi geografis di RRT mengakibatkan adanya perbedaan signifikan antara RRT bagian timur dengan bagian barat dimana meskipun RRT bagian barat memiliki potensi SDA yang melimpah namun karena topografi wilayahnya merupakan pegunungan maka pertumbuhan ekonomi dan kualitas kesejahteraan masyarakatnya tidak sebaik di RRT bagian timur yang notabene dekat dengan laut dan menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan.
Dalam usaha memeratakan ketimpangan ekonomi antara RRT barat dan timur RRT membangun industri pengolahan dekat dengan lokasi penambangan sumber daya alam sekaligus menyediakan infrastruktur logistik yang menghubungkan barat dengan timur sehingga rantai pasok dan distribusi penjualan sehingga dapat terintegrasi keseluruh penjuru RRT.
Selain itu, pemerintah RRT juga dikenal tegas dan disiplindalam membangun karakter dan kualitas SDM mereka dengan reward and punishment yang jelas baik di sektor pendidikan hingga di pemerintahan.
Empat jalan keluar dari Middle Income Trap
Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia untuk bisa keluar dari kutukan sumber daya alam sekaligus keluar dari Middle Income Trap untuk menuju Visi Indonesia Emas 2045?.
Pertama, Indonesia perlu memiiki satu suara untuk mewujudkan narasi bersama melalui sistem pemerintahan demokrasi yang bebas dari kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
Kedua, Indonesia bisa melanjutkan perbaikan tata kelola danpembangunan infrastruktur untuk memeratakan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia sesuai potensi dan karakteristiknya masing-masing. Terlebih ditengah isu global tentang energi hijau, potensi dan kearifan lokal tiap daerah di Indonesia untuk berkontribusi dalam pemanfaatan energi baru terbarukan sangat diperlukan.
Ketiga, Indonesia harus menjadi pemain kunci pada industri baterai kendaraan listrik dengan potensi sumber daya nikel. Ketika pasar kendaraan listrik sedang naik daun. Oleh karena itu, hilirisasi industri sangat penting tidak hanya untuk dapat meningkatkan nilai tambah suatu produk tetapi juga bisa menambah investasi khususnya investasi asing (Foreign Direct Investment) untuk memperkuat industri dalam negeri.
Keempat,Indonesia perlu lebih mengutamakan pengembangan kompetensi sumber daya manusia dalam pemanfaatan sains, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya agar Indonesia memiliki jumlah tenaga kerja yang siap bersaing di dunia kerja tetapi juga agar birokrasi pemerintah memiliki budaya penyusunan kebijakan publik berbasis teknokrasi dan pengetahuan (science based policy).
Sumber: Pusdatin Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan
Tag: Indonesia Emas