Meski Sederhana, Festival Awa Bedampar Bisa Jadi Daya Tarik Wisata di Paser

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di Festival Awa Bedampar adalah penampilan Kuntau Paser (niaga.asia/Muhammad Luthfi)

PASER.NIAGA.ASIA — Masyarakat RT 1 Desa Damit, Kecamatan Pasir Belengkong di Kabupaten Paser, menggelar Festival Awa Bedampar. Festival itu merupakan kegiatan kebudayaan yang dilakukan masyarakat asli Paser, sebagai rasa terimakasih kepada Tuhan atas berhasilnya masa panen.

Dalam festival itu, masyarakat melakukan berbagai kegiatan kebudayaan Paser. Di antaranya Kuntau Paser, Tarian Ronggeng, Bakar Lemang, Sengkarok Damit, Belogo Bawe Paser serta pelepasan hewan endemik Paser Biuku.

Festival ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Paser M Yunus Syam. Turut hadir, Kepada Desa Damit Syatta Noorhadi, Ketua LAP Kabupaten Paser Aji Ayub, Ketua Bawe Paser Kabupaten Paser Rusnawati, Kapolsek Paser Belengkong, perwakilan Ormas KBBKT, serta seluruh masyarakat Desa Damit.

Yunus Syam mengatakan, acara Awa Bedampar keempat Desa Damit Kecamatan Paser Belengkong ini merupakan kegiatan yang dapat menarik perhatian masyarakat luas. Apabila budaya itu terus dipertahankan, tentunya dapat menjadikan Desa Damit menjadi objek wisata dengan kearifan lokal.

“Semoga kita tetap konsisten melestarikan budaya dan tradisi Paser. Apalagi Kabupaten Paser menjadi mitra strategis IKN Nusantara. Sehingga pengunjung dari luar, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, tertarik untuk berkunjung ke kabupaten Paser,” kata M Yunus Syam di penangkaran Beluku Desa Damit, Minggu 12 November 2023.

Kepala Disdikbud Kabupaten Paser M Yunus Syam bersama Kades Damit Syatta Noorhadi, Ketua LAP Kabupaten Paser Aji Ayub, Ketua Bawe Paser Kabupaten Paser Rusnawati, Kapolsek Pasir Belengkong, dan perwakilan Ormas KBBKT (niaga.asia/Muhammad Luthfi)

Salah satu yang dapat jadikan contoh, lanjut Yunus, yaitu persawahan yang berada di Provinsi Bali, yang kini menjadi destinasi wisata. Di sana tak hanya menyuguhkan hijaunya persawahan, namun juga menampilkan kentalnya adat dan budaya Bali yang tetap dipertahankan secara turun temurun. Konsep itu diharapkan dapat diadopsi di Kabupaten Paser.

“Tidak menutup kemungkinan Paser, terutama di Desa Damit bisa seperti di Bali yang menyajikan hijaunya persawahan serta adat istiadat budaya Paser,” ujarnya.

Selain rangkaian kebudayaan yang dilaksanakan, kegiatan ini juga melepas hewan liar endemik langka, bernama Biuku. Kurang lebih sebanyak 150 ekor dilepaskan ke Sungai Kandilo. Sebelum dilepaskan, sejumlah Biuku tersebut dirawat dan dipelihara di penangkaran di Desa Damit, kurang lebih selama 1,5 tahun.

Desa Damit memang menjadi benteng terakhir yang menjadi habitat spesies kura-kura air tawar di Kabupaten Paser ini. Untuk itu tidak berlebihan apabila semua pihak memberi apresiasi kepada seluruh panitia, beserta pihak yang terlibat.

“Semoga acara ini dapat terus dilestarikan hingga diwariskan ke anak cucu kita kelak. Jadi tidak hanya menjaga adat budaya kita, namun juga dapat melestarikan lingkungan dan menjadi prioritas kita bersama,” terang Yunus Syam.

Prosesi pelepasan hewan endemik Paser Biuku oleh Kepala Disdikbud Paser (niaga.asia/Muhammad Luthfi)

Di kesempatan yang sama, Ketua Panitia Festival Awa Bedampar Achmad Ansari menambahkan, kegiatan ini diharapkan terus terlaksana di masa mendatang. Hal ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup serta melestarikan kebudayaan Paser.

“Dalam kegiatan ini, juga banyak anak muda yang ikut serta meramaikan, dan menyakinkan mereka agar tetap melestarikan kebudayaan asli daerah Paser ini secara turun temurun,” kata Achmad Ansari.

Pada kesempatan ini juga Ansari juga berharap, kegiatan serupa bisa mendapat dukungan lebih dari pemerintah daerah, beserta perusahaan yang berada di Kabupaten Paser. Pasalnya bukan dukungan moril semata yang dibutuhkan, melainkan materil selama proses penangkaran hewan endemik Biuku serta khususnya kegiatan Awa Bedampar.

“Apalagi saya dengar dari Kelompok Masyarakat Paser Pantai Biuku, bahwa selama beberapa tahun ini kesulitan dalam memberi pakan Biuku. Selama poses penangkaran sebelum dilepasliarkan dalam waktu 1 tahun itu lumayan pakannya, kalau jumlah ratusan (Biuku),” terang Achmad Ansari.

Pada kesempatan itu juga, Achmad Ansari tidak lupa mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang terlibat untuk mensukseskan acara tersebut. Diharapkan acara serupa dapat terus berjalan setiap tahunnya, dan menjadikan Desa Damit menjadi desa wisata dengan kearifan lokalnya.

Penulis : Muhammad Luthfi | Editor : Saud Rosadi

Tag: