SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah hilangnya produksi pada budidaya tanaman karena serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Perlindungan tanaman bertujuan untuk menjaga produksi pada taraf optimal.
Untuk mengendalikan OPT, perkebunan umumnya masih mengandalkan penggunaan pestisida sintetik kimia. Penggunaan pestisida sintetik kimia yang tidak bijaksana dapat menimbulkan beberapa dampak negatif.
Demikian disampaikan Puji Lestari Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam sambutannya pada HortiEs Talk #5 bertajuk:Pestisida Nabati Ramah Lingkungan Solusi Pertanian Berkelanjutan, secara virtual, sebagaimana dilansir brin.go.id.
Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) ORPP BRIN, Dwinita Wikan Utami mengatakan, tema HortiEs Talk #5 ini sejalan dengan semangat saat ini saat banyak orang yang menerapkan gaya hidup sehat kembali ke alam dengan sistem budidaya pertanian yang makin mengedepankan pendekatan ekologi.
Sejalan dengan undang-undang Nomor 22 tahun 2019, sistem pertanian budidaya berkelanjutan menjadi rujukan untuk implementasi sistem pengelolaan hama terpadu. Penggunaan biopestisida atau pestisida nabati merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mengimplementasikan sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
“Di antara produk pestisida nabati yang dihasilkan adalah pestisida nabati yang menggunakan bahan aktif dari minyak sereh wangi dan eucalyptus. Sharing session ini bertujuan memberikan informasi tentang pestisida nabati terkait untuk melindungi tanaman dari serangan OPT dan juga meningkatkan pertumbuhan ketahanan tanaman yang bersifat ramah lingkungan,” jelas Dwinita.
Mizu Istianto, Peneliti Ahli Madya PRHP ORPP BRIN menjelaskan, dari hasil penelitian yang pernah dilakukan minyak atsiri mempunyai efek anti serangga, jamur dan bakteri, merupakan teknologi ramah lingkungan, dapat memanfaatan sumber daya alam yang ada, aplikasi mudah dan aman, dan harga lebih murah dari pestisida sintetik.
Pada kesempatan ini Mizu menyampaikan materi “Pemanfaatan Minyak Atsiri sebagai Alternatif Pengendalian Ramah Lingkungan terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Hortikultura.”
Menurut Mizu, mekanisme kerja minyak sereh wangi untuk serangga dengan cara menghambat proses penemuan dan penerimaan inang melalui mekanisme penolak kehadiran, penghambat makan, penghambat peletakan telur dan membunuh serangga melalui mekanisme perusakan lapisan integumen.
Mekanisme kerja minyak sereh wangi untuk cendawan adalah mengganggu metabolisme sel antara lain permeabilitas membran sel, merusak mitokondria, serta menyebabkan perubahan hifa. Dirinya menambahkan minyak atsiri memiliki peluang pasar sebagai, penghemat BBM, aditif makanan, kosmetik, parfum, kesehatan dan biopestisida.
“Nano teknologi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi tentang zat, material, dan sistem pada skala nanometer. Teknik formulasi pestisida nabati dengan nano teknologi ada dua yaitu nanoemulsifikasi dengan dua pendekatan yaitu menggunakan energi tinggi dan energi rendah dan nanoenkapsulasi,” jelas Rita Noveriza, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan ORPP BRIN, dengan materi “Teknologi Formulasi Nano Biopestisida Sereh wangi dan Eukaliptus untuk Mitigasi Hama dan Penyakit Tanaman.”
Rita mengatakan, keunggulan nano biopestisida serai wangi antara lain ramah lingkungan karena terbuat dari bahan metabolit sekunder tanaman dan partikel bahan aktif berukuran nano dapat meningkatkan kelarutan dalam air, laju disolusi dan keseragaman dispersi saat diaplikasikan pada tanaman.
Sedangkan keunggulan nano biopestisida eukaliptus adalah ramah lingkungan karena terbuat dari bahan metabolit sekunder tanaman, dan partikel bahan aktif berukuran nano dapat meningkatkan kelarutan dalam air, laju disolusi dan keseragaman dispersi saat diaplikasikan pada tanaman dan efektivitas tidak berubah walaupun mengalami penyimpanan 11 bulan.
Karakteristik ideal formulasi pestisida nabati adalah meningkatkan efisiensi dengan penggunaan bahan aktif rendah, toksisitas rendah terhadap organisme non target, seperti tidak pengaruh terhadap mikroba berguna atau musuh alami serangga, dan juga aman terhadap ikan.
“Selain itu, tidak menyebabkan kontaminasi pada tanah dan sumber air, seperti tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Meminimalkan adanya resistensi hama berbahaya. Mudah disimpan seperti nano enkasulasi, biaya rendah dan ekonomis dengan dosis rendah efektivitas meningkat,” ungkap Rita.
“Teknik aplikasi pestisida nabati yaitu tepat waktu, tepat cara, tepat dosis, tepat sasaran, tepat alat dan tepat jenis,” tutupnya.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: pestisida