Minyakita Langka, Warga Nunukan Kembali Gunakan Minyak Goreng Malaysia

Pemilik warung makan di Nunukan bergantian menggunakan minyak goreng antara produk dalam negeri, Minyakita dengan produk Malaysia, sesuai dengan stok yang ada di pasar. (Foto : Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Masyarakat di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara kembali menggunakan minyak goreng produksi Malaysia, karena kesulitan mendapatkan minyak goreng produksi dalam negeri,  Minyakita dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14.000/liter.

Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Nunukan, Sabri mengatakan, memasuki tahun 2024 minyak goreng merk Minyakita semakin sulit diperoleh masyarakat karena minimnya stok barang di pasar.

“Masyarakat kembali beralih ke minyak goreng produk Malaysia, padahal tahun lalu Minyakita menjadi andalan karena harga murah,” kata Sabri pada Niaga.Asia, Kamis (25/01/2024).

Kelangkaan Minyakita di pasar-pasar tradisional dan warung secara otomatis kembali menumbuhkan pasar minyak goreng Malaysia, meski harga jual mulai mahal sekitar Rp 15.000 sampai Rp 18.000 per bungkus liter.

Hal ini tentunya sangat disayangkan sebab, Minyakita adalah produk lokal yang di gadang-gadang sebagai upaya pemerintah mendistribusikan minyak goreng dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) melalui kemasan sederhana.

“Kalau mau dicari masih ada jual Minyakita isi bungkus 1 liter atau 5 liter di beberapa warung, tapi harganya naik sekitar Rp 16.000 per bungkus liter,” sebutnya.

Stok Minyakita tahun 2023 sempat berlimpah setelah Pemerintah Nunukan berhasil mendatangkan 58.500 liter minyak goreng dalam pengiriman 3 kontainer yang tiap kontainer berisi 19.500 liter.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas, DKUKMPP Nunukan telah meminta alokasi Minyakita melalui Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), namun upaya ini belum mendapat respon dari Kementerian Perdagangan.

“Kalimantan Utara mengusulkan 10 kontainer Minyakita di tahun 2024, dari jumlah itu ada jatah untuk wilayah Nunukan,” ucapnya.

Sabri tidak membantah di perbatasan Nunukan masih menggemari minyak goreng Malaysia. Selain menjadi kebiasaan sejak lama, stok barang yang mudah dibeli menjadi alasan warga memilih minyak itu.

Kenaikan harga minyak Malaysia dari harga Rp 14.000 menjadi Rp 18.000 per liter tidak membuat warga Nunukan berpaling ke minyak goreng kemasan premium Indonesia yang harga masih lebih tinggi sekitar Rp 25.000 per liter.

“Semahal-mahalnya minyak Malaysia masih lebih mahal minyak goreng kemasan premium Indonesia, makanya warga lebih suka minyak Malaysia,” terangnya.

Tingginya harga jual minyak goreng premium di Nunukan dipengaruhi biaya transportasi dan waktu berhari-hari pengiriman menunggu dari Surabaya atau Sulawesi Selatan menggunakan kapal laut.

Berbeda dengan minyak Malaysia yang bisa beli dengan waktu singkat cukup 1 hari perjalanan ke Tawau, Sabah, Malaysia, belum lagi ongkos transportasi mendatangkan minyak yang lebih murah.

“Nunukan ini penghasil kelapa sawit, tapi tidak ada investor berminat mengolah minyak goreng untuk dipasarkan di Nunukan,” katanya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: