SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Perkebunan berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber daya alam yang berorientasi terhadap perubahan teknologi dan kelembagaan, sehingga dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.
Perkebunan kelapa sawit berkelanjutan merupakan penerapan dari konsep pertanian berkelanjutan, yaitu sistem pertanian yang berorientasi pada keseimbangan ekonomi, sosial, dan ekologi. Tuntutan tersebut direspons melalui penerapan standar ISPO(Indonesia Sustainable Palm Oil) dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dalam perkebunan kelapa sawit.
RSPO merupakan standar global untuk perkebunan kelapa sawit untuk menunjukkan proses produksi yang ramah lingkungan. Sedangkan ISPO merupakan standar dari pemerintah Indonesia untuk perkebunan sawit berkelanjutan.
Ada tujuh Prinsip ISPO; yaitu Kepatuhan Legalitas Usaha Perkebunan; Penerapan Praktek Perkebunan Yang Baik; Pengelolaan Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam, dan Keanekaragaman Hayati.
Tanggung Jawab Terhadap Ketenagakerjaan; Tanggung Jawab Sosial dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; Penerapan Transparansi.
Penerapan ISPO adalah implementasi dari Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 19 tahun 2011 tentang Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Penerapan ISPO sekaligus menjadi upaya agar dapat meningkatkan posisi tawar CPO (crude palm oil/minyak mentah sawit) Indonesia di pasar internasional.
Perkebunan di Kaltim, khususnya Kelapa Sawit sudah mulai menerapkan sistem Perkebunan Berkelanjutan. Jumlah perusahaan yang mendapatkan sertifikat ISPO hingga tahun 2023 sudah mencapai 111 perusahaan. Jumlah tersebut dua kali lipat dibandingkan tahun 2019 yang baru ada 62 perusahaan.
“Capaian perusahaan perkebunan Kelapa Sawit mendapatkan sertifikat ISPO pada tahun 2023 sebanyak 111 perusahaan atau bertambah 31 perusahaan dibandingkan tahun 2022 yang baru 80 perusahaan,” kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Ahmad Muzakkir, ST, M.Si dalam konferensi pers bersama Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, DR. dr. H. Jaya Mualimin, Sp, KJ, M.Kes, MARS yang diselenggarakan Kepala Dinas Kominfo Kaltim, Muhammad Faisal di Kantor Dinas Kominfo Kaltim, Jum’at (27/1/2024).
Praktek Perkebunan Berkelanjutan jadi fokus utama Disbun. Untuk mewujudkan hal itu, lanjut Muzakkir, Disbun Kaltim mempunyai 13 strategi.
Pertama; Efisiensi pemanfaatan lahan melalui penataan dan penertiban perijinan. Kedua; Peningkatan fasilitasi pembangunan kebun rakyat. Ketiga; Kemitraan sehat antara pekebun dan perusahaan. Keempat; Prioritas pada pengembangan non Sawit. Kelima; Mengurangi kerugian hasil akita serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Keenam; Melindungi area dengan nilai konservasi tinggi (ANKT). Ketujuh; Perluasan kebun rakyat dan lahan karbon rendah. Kedelapan; Menyediakan bahan baku untuk pemenuhan industri hilir. Kesembilan; Pengembangan dan penguatan kelembagaan.
Kesepuluh; Peningkatan produktifitas perkebunan. Kesebelas; Peningkatan nilai tambah dan perbaikan harga komoditi perkebunan rakyat. Keduabelas; Mempertahankan usaha perkebunan sebagai penggerek dan pemulihan ekonomi di masa paska Covid-19. Ketigabelas; Pengelolaan data berbasis spasial.
“Pengembangan tanaman perkebunan non Sawit diwujudkan dalam bentuk pengembangan komoditi Kelapa, Lada. Coklat/Kakao, Karet, Pala dan Arennon sekarang ini,” kata Muzakkir.
Menurut Muzakkir, fasilitasi pembangunan kebun rakyat terus meningkat dari tahun ke tahun menggunakan APBD dan APBN. Sejak tahun 2029-2023, total bantuan intensifikasi perkebunan (berupa pupuk dan obat-obatan) yang disalurkan Disbun Kaltim mencakup untuk lahan perkebunan rakyat seluas 7.233 hektar.
“Sedangkan total kegiatan intensifikasi dan pengembangan dari 2019-2023 seluas 11.707,25 hektar,” ungkapnya. Total bantuan pengembangan berupa bibit, pupuk, dan obat-obatan periode 2019-2023 untuk lahan seluas 4.524,25 hektar.
Perluasan kebun rakyat dalam dalam lima tahun terakhir bertambah 3.840 hektar. Total luas kebun rakyat diremajakan 1.214,24 hektar dan total kebun rakyat yang sudah direhabilitasi 470 hektar.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Perkebunan