SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Indonesia telah muncul sebagai kekuatan terdepan dalam industri nikel, menguasai lebih dari setengah pangsa pasar global pada tahun 2023. Sejak kebijakan hilirisasi yang melarang ekspor bijih nikel mentah diberlakukan pada tahun 2020, aktivitas penambangan dan produksi nikel terus meningkat, didorong oleh permintaan global yang kuat dan masuknya investasi dalam fasilitas pemrosesan dan peleburan di seluruh negeri.
Berikut adalah Reviu Informasi Strategis Periode Juli-September 2024 yang dilansir Pusat data dan Informasi (Pusadtin) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, tentang kondisi nikel Indonesia dan perdagangan, serta persoalan ikutannya.
Hasil bijih nikel Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan, lebih dari tiga kali lipat dari 52,7 juta ton pada tahun 2020 menjadi 176,9 juta ton pada tahun 2023. Pertumbuhan pesat ini, didorong oleh dorongan kuat untuk pemrosesan nikel dalam negeri, telah menyebabkan kelebihan produk nikel olahan atau semi−olahan.
Namun, kekhawatiran meningkat karena ketidaksesuaian antara kapasitas pasokan bijih nikel di sisi penambangan dan permintaan peleburan di sisi produksi. Nikel yang bersumber dari dan diproses di Indonesia telah membanjiri pasar global, yang menyebabkan kelebihan pasokan dan menurunkan harga di seluruh dunia. Akibatnya, sejumlah penambang di luar Indonesia terpaksa menutup operasinya. Indonesia pun dituding sebagai kontributor utama penurunan harga nikel pada awal 2024.
Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Ditjen Ilmate) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat terdapat 44 pabrik peleburan nikel yang beroperasi dengan kapasitas produksi 22,9 juta ton per tahun di Indonesia.
Dari 44 fasilitas yang beroperasi, 40 di antaranya merupakan pabrik peleburan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang mengolah bijih nikel saprolit kadar tinggi menjadi nickel pig iron (NPI)dan stainless steel.
Empat fasilitas lainnya menggunakan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) untuk mengolah bijih nikel limonit kadar rendah menjadi mixed hydroxide precipitate, material yang digunakan dalam baterai EV.
Terdapat pula 19 proyek yang sedang dibangun dan tujuh fasilitas lainnya yang sedang dalam studi kelayakan, sehingga totalnya mencapai 70 pabrik peleburan nikel di seluruh negeri.
Tingginya jumlah fasilitas pengolahan nikel di Indonesia menimbulkan tantangan baru, khususnya dalam pengadaan bijih nikel mentah untuk kebutuhan pengolahan. Sejak akhir tahun 2023, Indonesia telah melihat tanda−tanda awal kekurangan pasokan karena pesatnya pertumbuhan fasilitas pemrosesan dan pemurnian, ditambah dengan terbatasnya ketersediaan bijih.
Total cadangan nikel negara Indonesia diperkirakan mencapai 5,3 miliar ton bijih dan 56 juta ton logam, termasuk cadangan terbukti dan terestimasi.
Meskipun memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan menjadi produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia telah mengimpor nikel dalam jumlah rekor dari negara−negara tetangga seperti Filipina dan Australia.
Pada tahun 2023, Indonesia mengimpor 374.468 ton bijih nikel senilai US$16juta. Pasokan nikel yang tidak konsisten karena keterlambatan izin telah mendorong perusahaan untuk mencari pasokan bijih alternatif dari luar negeri.
Pada bulan Juni 2024, Pemerintah menyetujui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari 470 perusahaan nikel untuk periode 2024–2026, dengan produksi gabungan hingga 240 juta ton per tahun.
Moratorium penerbitan izin industri pengolahan
Asosiasi Penambang Nikel Indonesia memproyeksikan bahwa cadangan bijih nikel kadar tinggi di negara ini dapat habis dalam enam tahun ke depan.Pelaku usaha Industri Nikel Indonesia juga telah menekankan perlunya moratorium yang mendesak, dengan menunjukkan bahwa kapasitas pengolahan bijih nikel telah mencapai 130 juta ton per tahun, sementara produksi bijih aktual masih kurang, tidak melebihi 100 juta ton per tahun.
Selain memastikan pasokan dalam negeri yang stabil, penerapan moratorium sangat penting untuk menjaga stabilitas harga di pasar global, mengingat pangsa pasar Indonesia yang signifikan. Produksi nikel olahan yang berlebihan dari Indonesia dapat menyebabkan tekanan ke bawah pada harga, yang mengakibatkan penurunan harga NPI global dan merugikan profitabilitas bagi produsen.
Produksi berlebih yang berkelanjutan di pabrik peleburan RKEF juga dapat mempercepat habisnya sumber daya nikel. Memastikan pasokan nikel yang stabil dan aman melalui moratorium industri pengolahan nikel sangat penting untuk menstabilkan pasokan nikel, mencegah kelebihan produksi pada output tertentu, dan menyeimbangkan permintaan pasar, sambil menunggu penerbitan peraturan pemerintah yang relevan.
Moratorium ini juga akan mengatur laju ekstraksi sumber daya dan mencegah penipisan cadangan nikel secara cepat dengan menegakkan regulasi lingkungan yang ketat, memastikan pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan.
Ke depannya, tugas utama pemerintah Indonesia, adalah menarik lebih banyak perusahaan untuk berinvestasi di fasilitas HPAL. Pabrik-pabrik ini sangat penting untuk memproses bijih nikel menjadi bahan bermutu baterai yang dibutuhkan untuk produksi kendaraan listrik, karena negara ini bertujuan untuk menjadi pusat kendaraan elektronik global dan meraup keuntungan ekonomi dari industri yang sedang berkembang ini.
Meskipun pengembangan fasilitas HPAL tetap mahal karena pengeluaran modal dan operasional yang tinggi, serta masalah teknologi dan lingkungan, pemerintah perlu menemukan strategi yang efektif untuk mendorong lebih banyak investasi.
Meskipun percepatan investasi di sektor nikel negara ini penting bagi pertumbuhanekonomi dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah juga harus memprioritaskan keberlanjutan. Regulasiyang lebih ketat dan penerapan praktik pertambangan berkelanjutan diperlukan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.@
Tag: Nikel