Nilai PDRB ADHB Kaltim Tahun 2023 Alami Penurunan Dibandingkan Tahun 2022

Ilustrasi

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Nilai PDRB ADHB (Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku)  Kalimantan Timur  (Kaltim) selama periode 2019-2023 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari Rp652,48 triliun (2019) menjadi Rp921,45 triliun (2022) namun mengalami penurunan pada tahun 2023 menjadi Rp843,57 triliun.

“Adanya penurunan pada tahun 2023 diakibatkan oleh penurunan harga beberapa komoditas utama Kaltim, utamanya migas dan batubara,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim. DR Yusniar Juliana dalam laporannya tentang “Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Timur Menurut Pengeluaran 2019-2023” yang dipublikasikan awal April 2024.

Selain dinilai atas dasar harga berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, atau disebut PDRB ADHK, dimana setiap komponen pengeluaran dinilai dengan harga pada tahun 2010.

Sumber: BPS Kaltim

Penghitungan PDRB ADHK pada masing-masing tahun dapat memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh perubahan harga).

PDRB ADHK menggambarkan perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir.

Menurut BPS Kaltim, total PDRB ADHK terus meningkat selama periode tahun 2019 hingga 2023, meskipun sempat menurun pada tahun 2020. Nilai PDRB ADHK tahun 2019 sebesar Rp486,52 triliun dan pada tahun 2023 menjadi Rp537,63 triliun. Pada umumnya nilai PDRB ADHB selalu lebih besar dari nilai PDRB ADHK.

“Perbedaan tersebut disebabkan adanya pengaruh perubahan harga dan juga perubahan volume setiap komponen dalam perhitungan PDRB ADHB. Sedangkan dalam PDRB ADHK pengaruh faktor harga telah ditiadakan.”

Sumber: BPS Kaltim

Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua komponen pengeluarannya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT), konsumsi akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.

Yusniar menjelaskan, selama periode 2019-2023, pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan ekspor barang/jasa luar negeri masih menjadi kontributor terbesar terhadap perekonomian Kaltim, dari 39,92 persen pada tahun 2019 hingga mencapai 52,33 persen pada tahun 2023.

Di sisi lain, komponen pengurang, impor barang/jasa luar negeri juga memiliki kontribusi yang relatif besar yaitu sebesar 13,27 persen pada tahun 2023.

“Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan luar negeri Kaltim masih surplus,” ungkapnya.

Sumber: BPS Kaltim

Pengeluaran untuk komponen lainnya kecuali Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan konsumsi akhir pemerintah terlihat semakin rendah pada tahun 2023 jika dibandingkan dengan tahun 2019.

BPS juga mencatat, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mempunyai kontribusi yang relatif besar sekitar 25 hingga 33 persen. Sementara itu, kontribusi pengeluaran untuk konsumsi akhir rumah tangga berada pada rentang 13 hingga 19 persen.

“Hal ini menunjukkan bahwa peran rumah tangga dalam menyerap produk domestik cukup besar,” terangnya.

Konsumsi akhir pemerintah mempunyai kontribusi yang relatif kecil, hanya sekitar 3 hingga 6 persen. Selanjutnya, kontribusi yang paling kecil terhadap perekonomian Kaltim pada tahun 2023 yaitu untuk memenuhi konsumsi LNPRT dan perubahan inventori yang kurang dari 1 persen.

Sumber: BPS Kaltim

Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Kaltim selama periode 2019-2023 masing-masing tahun adalah 4,70 persen pada tahun 2019; minus 2,90 persen pada tahun 2020; 2,55 persen pada tahun 2021; 4,48 persen pada tahun 2022; dan 6,22 persen pada tahun 2023.

Jika dirinci menurut komponennya, konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan yang paling tinggi hingga mencapai 36,40 persen. Sementara itu, pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga mengalami pertumbuhan dengan nilai paling kecil sebesar 4,99 persen.

Sumber: BPS Kaltim

Indeks harga implisit PDRB yang menggambarkan tingkat perubahan harga yang terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun konsumen

lainnya (perusahaan dan luar negeri) juga menunjukkan peningkatan. Indeks implisit digunakan untuk melihat inflasi dari sisi perekonomian secara makro.

Tujuan penghitungan indeks implisit adalah untuk melihat pertumbuhan harga dibandingkan tahun dasar. Indeks implisit pada tahun 2019 sebesar 134,11; kemudian berturut-turut nilainya sebesar 128,65 pada tahun 2020; 143,80 pada tahun 2021; 182,05 pada tahun 2022; dan 156,91 di tahun 2023.

Indeks implisit PDRB Kaltim mengalami penurunan pada tahun 2023. Salah satunya  disebabkan oleh menurunnya indeks implisit ekspor luar negeri mencapai 149,33 yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas utama Kaltim, yaitu batubara.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: