
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) selama 2024, mencatat peningkatan kinerja Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) dengan total nilai transaksi mencapai Rp33.214,89 triliun (naik 29,34 persen) dibandingkan pada 2023 yang mencapai Rp25.679,97 triliun.
Kontrak berjangka yang banyak ditransaksikandalam transaksi multilateralantara lainkomoditas timah, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO),emas, kopi, dan kakao. Adapun produk pada transaksi bilateral yaitu komoditi, forex, indeks saham, dan saham tunggal asing (single stock).
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tirta Karma Senjaya menuturkan, capaian kinerja Bappebti tahun 2024 akan menjadi pijakan dalam menyiapkan langkah strategis ke depan. Hal iniuntuk meningkatkan peran Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK)dalam mendukung penguatan perdagangan dan ekonomi Indonesia.
“Capaian Bappebti 2024 menunjukkan bagaimana PBK dapat menjadi solusi dalam mengoptimalkan perdagangan komoditas strategis Indonesia melalui transaksi multilateral di PBK. Selain itu, instrumen PBK lain berupa Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) mampu mendorong stabilitas harga dan pasokan komoditas, menjaga inflasi, serta meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia,” jelas Tirta, hari Jumat (17/1).
Bappebti juga telah meluncurkan Bursa CPO Indonesia yang dirancang untuk menciptakan harga acuan CPO yang transparan, kredibel, dan real-timepada 2023. Mekanisme Bursa CPO masih bersifat sukarela dan terbatas untuk pasar domestik.
“Bursa CPO Indonesia mencakup transaksi fisik dan futuresdengan dukungan 19 pelabuhan sebagai lokasi serah terima fisik CPO. Transaksi di Bursa CPO Indonesia pada Oktober 2023 – November 2024 untuk futures mencapai 28,061 lot (140,3 ton), sedangkan transaksi fisik sebesar 10 lot (250 ton),” terang Tirta.
Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan | Editor: Intoniswan
Tag: Komoditi Berjangka