SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, Laila Fatihah menilai banyaknya tempat penjualan pakaian bekas import (thrifting) di Samarinda justru membuat produk lokal kurang diminati masyarakat.
Sebab, kata Laila, pakaian bekas import itu selain kondisinya masih layak pakai, harga pakaian bekas import yang dijual pun jauh lebih murah dibandingkan produk lokal.
“Thrifting ini branded (produk bermerek) dan harganya lebih murah. Kemudian harganya juga bersaing dengan produk lokal, jadi orang pasti larinya ke branded walaupun second (bekas),” kata Laila, Kamis (12/10/2023).
Menurut Politikus PPP ini, salah satu alasan maraknya penjualan pakaian bekas tersebut karena banyaknya tipikal masyarakat di Kota Samarinda yang cenderung konsumtif. Sehingga penjualan pakaian bekas pun tidak akan hilang meskipun pakaian yang dijual adalah barang bekas.
“Samarinda ini kota yang berkembang dan segala sesuatu yang masuk cepat sekali berputar, sebab masyarakatnya konsumtif,” ujar Laila.
Bisnis pakaian bekas impor ini, kata Laila, memang dilema. Sebab disatu sisi, penjualnya merusak pasar industri merek lokal. Namum disisi lain juga pelaku usaha baju bekas impor ini bisa dikatakan juga pelaku UMKM.
“Serba salah, karena kalau kita tutup tentu efeknya akan mematikan usaha orang yang sudah berjalan, ini dilematik. Solusinya ya bagaimana yang sudah ada jangan sampai berkembang lagi, karena jangan sampai produk lokal justru tidak diminati masyarakat,” terangnya.
Laila berpendapat thrifting yang dijual tentunya membawa banyak dampak negatif ke dalam negeri. Selain merugikan pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang membuat produk lokal, keberadaan produk tekstil bekas impor itu juga membawa dampak buruk bagi lingkungan.
Penulis: Kontributor Niaga.Asia, Teodorus | Editor: Intoniswan | ADV DPRD Samarinda
Tag: Pakaian Bekas