Pandemi Corona: 25 Persen Jurnalis Merasa Tidak Aman Saat Meliput Berita

Webinar SKK Migas dan KKKS Kalsul (foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA- Seperempat atau 25 persen jurnalis di dunia merasa tidak aman saat meliput berita dimasa pandemi COVID-19, karena tanpa dibekali alat pelindung diri (APD) yang memadai. Misalnya, hand Sanitizer atau masker dan pencegahan lainnya.

“Pentingnya jurnalis tidak sebanding dengan perlindungan yang diberikan kepada mereka. Terutama, keamanan saat bekerja dan hampir semua jurnalis kehilangan pendapatan,” kata Ketua Komisi I DPR – RI Meutya V Hafid dalam webinar bersama SKK Migas dan IJTI, Kamis (10/9/2020).

Meutya yang juga mantan jurnalis televisi mengatakan, jurnalis merupakan garda terdepan dalam memberikan informasi Covid-19, berbasis aktual dengan fakta yang tidak simpang siur meresahkan masyarakat.

“Dengan resiko yang luar biasa dihadapi teman-teman jurnalis, harusnya kesejahteraaan mereka diperhatikan,” tutur politisi Partai Golkar ini.

Berdasarkan data Internasional Federation of Journalis (IFJ) Asia Tengga, bahwa 1.300 junalis di 77 negara, sebanyak 866 jurnalis lepas dan tetap mengalami pemotongan gaji, kehilangan pekerjaan, dan penundaan gaji selama pendemi.

Masih menurut hasil survei, kata Meutya, sebanyak 45,92 % wartawan mengalami gejala depresi ditengah pendemi corona, hal tersebut tercermin dari hasil survei persepsi wartawan yang dilakukan Center for Economic Development Study (CEDS) fakultas ekonomi dan bisnis (FEB) Universitas Padjajaran.

“Sekitar 45,92 % wartawan derita gejala depresi dan 57,14 persen wartawan mengalami kejenuhan umum,” ujarnya.

Dalam webinar itu selain Meutya Hafid, juga dihadirkan narasumber Suryo Pratomo selaku wartawan senior dan Amanda Komaling selaku ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dan Kepala  SKK Migas Perwakilan Kalimantan-Sulawesi, Syaifudin.

Sementara itu Kepala  SKK Migas Perwakilan Kalimantan-Sulawesi, Syaifudin merangkan, industri Migas termasuk usaha yang ikut terdampak Covid-19, namun manajamen perusahaan tetap mendorong agar KKKS tetap melalukan spending terkait pemberitaan. Dimasa pendemi, SKK Migas dalam program peduli Covid-19 membagikan 400 lebih paket kepada media dan beberapa kali menggelar sertifikasi untuk wartawan.

“Program sertifikasi bertujuan memberikan peningkatan kecerdasan dan pemasukan. Media adalah partner staategis bagi usaha migas,” katanya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Kalimantan – Sulawesi (Kalsul) bersama sejumlah media dan organisasi ke wartawan menggelar Webinar bertema Jurnalis Bertahan Ditengah Pandemi.

Syaifudin mengatakan, selama pendemi Covid-19, Hulu Migas melakukan pembatasan pertemuan dengan para jurnalis yang biasanya secara reguler digelar dalam konfrensi pers terkait perkembangan usaha perusahaan.

“Selama Covid-19 ini kita belum menggelar konferensi pers, kami harus membatasi pertemuan dengan pihak luar termasuk teman-teman pers,” katanya.

Sementara itu, Suryo Pratomo dari Metrotv dalam paparannya menyebutkan, dimasa pendemi perusahaan media mengalami penurunan pendapatan, termasuk media televisi di Jakarta yang ikut mengurangi program sinetron karena ongkos sangat mahal.

“Pendapatan perusahaan berkurang, progra, tayangan dikurangai, berimbas dari semua berkurangnya atau pemotongan tunjangan dan gaji wartawan,” bebernya. (002)

Tag: