
BONTANG.NIAGA.ASIA – Nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)Kota Bontang atas dasar dasar harga berlaku 2010 pada tahun 2023 mencapai Rp68,11 triliun. Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami kenaikan sebesar Rp5,00 triliun dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai Rp63,11 triliun.
Tidak hanya itu, berdasarkan harga konstan 2010, angka PDRB juga mengalami kenaikan, dari Rp40,93 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp42,63 triliun pada tahun 2023.
Demikian disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bontang dalam laporan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bontang 2019-2023 atas dasar harga berlaku 2010 yang dipublish Bulam April 2024.
“Kenaikan nilai PDRB ini terutama dipengaruhi oleh kenaikan pada seluruh aktivitas ekonomi,” kata Kepala BPS Kota Bontang, Widiyantono, SST, M.Stat menambahkan.

PDRB berdasarkan harga konstan 2010 yang juga mengalami kenaikan, dari Rp40,93 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp42,63 triliun pada tahun 2023, menunjukkan selama tahun 2023 Kota Bontang mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,16 persen.
“Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2023 menunjukkan adanya perbaikan kinerja ekonomi dari berbagai sektor selama tahun 2023,” ungkap Widiyantono.
Industri Pengolahan Masih Dominan
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, struktur perekonomian Kota Bontang masih sangat didominasi oleh Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan walaupun pengaruhnya semakin menurun setiap tahun.
Menurut Widiyantono, ada dua perusahaan besar di sektor industri pengolahan di kota Bontang, yaitu PT. Badak dan PT. Pupuk Kaltim. Selain dua perusahaan BUMN tersebut, terdapat pula perusahaan swasta lainnya seperti PT. Kaltim Nitrate Indonesia sebagai penghasil Amnonium Nitrat, PT. Kaltim Parna Industri sebagai produsen Amoniak, dan PT. Black Bear Resources sebagai penghasil Ammonium Nitrate Emulsion.
“Sampai saat ini, kegiatan industri pengolahan mempengaruhi perekonomian Kota Bontang sekitar 78-20 persen setiap tahunnya. Kehadiran beberapa perusahaan yang utamanya bergerak di bidang industri kimia tersebut menjadi trigger bagi pergerakan ekonomi di lapangan usaha lainnya,” paparnya.

Salah satu lapangan usaha yang turut mengalami kemajuan setelah kegiatan industri pengolahan adalah Lapangan Usaha Konstruksi. Lapangan usaha tersebut sangat dibutuhkan dalam penyediaan infrastruktur bagi berbagai kegiatan ekonomi seperti pembangunan pabrik, jalan, gedung perkantoran, dan rumah tempat tinggal yang meningkat permintaannya seiring dengan cukup tingginya migrasi penduduk pendatang ke Kota Bontang.
“Dengan peranan mencapai di atas 6 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir dan meningkat menjadi 7,37 persen di tahun 2023, Lapangan Usaha Konstruksi menempati urutan kedua di dalam struktur perekonomian Kota Bontang,” ujar Widiyantono.
Posisi ketiga dan keempat di dalam struktur perekonomian Kota Bontang ditempati oleh Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dan Lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan dengan peranan sebesar 3,39 dan 1,85 persen di tahun 2023.
“Peranan lapangan usaha ini mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Widiyantono menambahkan.
Dua posisi terbawah di dalam struktur perekonomian Kota Bontang tahun selama 5 tahun terakhir ditempati oleh Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas; serta Lapangan Usaha Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, dan Daur Ulang. Pada tahun 2023 ekonomi Kota Bontang mengalami peningkatan atau tumbuh positif.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Advertorial
Tag: Ekonomi Bontang