Pemerintah Nunukan Seharusnya Bantu Petani Rumput Laut Meski Tak Bayar Pajak atau Retribusi

Ketua Koperasi Rumput Laut Mamolo Sejahtera Nunukan Kamaruddin sedang berada di penjemuran rumput laut (foto : Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Ketua Koperasi Rumput Laut Mamolo Sejahtera, Kabupaten Nunukan, Kamaruddin mendesak pemerintah daerah jangan hanya diam menyaksikan anjloknya harga rumput laut dari Rp 35.000 per kilogram kering menjadi Rp 12.000 per kilogram kering, meski selama ini petani tak membayar pajak atau retribusi daerah.

“Pemerintah Nunukan harus terlibat dalam pengembangan usaha ini, jangan hanya diam tanpa upaya memperjuangkan nasib petani rumput laut,” kata Kamaruddin pada Niaga.Asia, Kamis (01/06/2023).

Kamaruddin menyebutkan, kelompok petani rumput laut telah berapa kali meminta Pemerintah Nunukan, membantu pengembangan usaha rumput maupun baik dalam segi peralatan kerja maupun pemasaran barang.

Namun lanjut dia, instansi terkait baik Dinas Perdagangan maupun Dinas Kelautan dan Perikanan seolah tidak peduli akan nasib petani dengan alasan, pemerintah tidak mendapatkan retribusi dari dari usaha itu.

“Jangan selalu berdalih dan jangan salahkan petani kalau pemerintah tidak mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari usaha rumput laut,” sebutnya.

Menurutnya, tidak adanya retribusi terhadap penghasilan usaha rumput laut yang mencapai miliaran rupiah tiap bulannya di Kabupaten Nunukan, dikarenakan kesalahan pemerintah sendiri yang tidak memiliki payung hukum.

Harusnya pemerintah daerah melakukan studi banding ke daerah-daerah yang sudah memiliki dan menerapkan Peraturan Daerah (Perda) terkait penarikan retribusi dari usaha budidaya rumput laut.

“Saya sudah sampaikan pergilah studi banding Perda retribusi rumput laut di kabupaten lain, kenapa daerah lain bisa, lalu kita tidak bisa buat Perda,” tuturnya.

Sebagai masyarakat awam, petani rumput laut Nunukan sangat bangga apabila usaha mereka menghasilkan retribusi PAD bagi pemerintah, selama ada payung hukum yang menjadi dasar aturan kewajiban membayar retribusi.

Budidaya rumput laut Nunukan terus berkembang dengan hasil mencapai 5.000 ton lebih per bulan, jika harga rumput laut di kisaran Rp 20.000 per kilogram kering, maka nilai jual dari barang berkisar Rp 100 miliar lebih per bulan.

“Penghasilan rumput laut Nunukan per bulan cukup mencapai ratusan miliar, apalagi jika harga naik sampai Rp 35.000 per kilogram kering,” ujarnya.

Budidaya rumput laut Nunukan sangat populer di luar daerah, ribuan sedikit penduduk luar daerah berdatangan ke pulau Nunukan dan Sebatik baik sebagai pengusaha, petani maupun pekerja rumput laut.

Usaha ini juga mampu menarik tenaga kerja cukup besar dari kalangan pria dan wanita, bahkan anak-anak di waktu libur sekolah, termasuk eks Pekerja Migran Indonesia deportasi dari Malaysia ke wilayah Nunukan.

“Semakin berkembang usaha rumput laut, semakin baik pula tingkat kesejahteraan masyarakat, pemerintah jangan hanya diam melihat anjloknya harga,” tutupnya.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: