
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Pada tahun 2023, masih terdapat 3,23 persen penduduk di Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami kerawanan pangan sedang atau berat.
Meski demikian prevalensi penduduk yang kerawanan pangan sedang atau berat di Kaltim cenderung mengalami kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Prevalensi di Kaltim selalu berada di bawah rata-rata nasional.
Demikian diungkap Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim dalam laporan berjudul “Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Kalimantan Timur 2023” yang dipbulis awal Bulan Juli 2024.
Ketidakmampuan seseorang dalam mengakses pangan dapat dilihat dari pengalaman. Kondisi ini umum terjadi pada tingkat sosial ekonomi dan budaya yang berbeda.
Skala pengalaman ini berkisar dari ketidakmampuan untuk mendapatkan makanan dalam jumlah yang cukup, ketidakmampuan untuk mengkonsumsi makanan yang berkualitas dan beragam, terpaksa untuk mengurangi porsi makan atau mengurangi frekuensi makan dalam sehari, hingga kondisi ekstrim merasa lapar karena tidak mendapatkan makanan sama sekali.
Masih pada tahun 2023, menurut BPS Kaltim, PoU (Prevalence of Undernourishment (PoU) Kalimantan Timur (Kaltim) sebesar 9,20 persen. Artinya masih terdapat sekitar 9,20 persen penduduk di Kaltim yang mengonsumsi pangan lebih rendah dari standar kecukupan energi. Angka PoU Kalimantan Timur tercatat masih cukup tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
Menurut BPS Kaltim, PoU adalah proporsi penduduk di suatu wilayah yang mengonsumsi pangan lebih rendah dari standar kecukupan energi untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif.
“Syarat minimum ketidakcukupan pangan antarindividu akan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan, tingkat aktivitas, dan sebagainya,” sebut Kepala BPS Kaltim, DR Yusniar Juliana, SST, MIDEC dalam laporan ini.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Pangan