Pertemuan AMM/PMC Dilaksanakan di Jakarta 11-14 Juli

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. (Foto LKBN Antara)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Rangkaian pertemuan ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference (AMM/PMC) akan dilaksanakan di Jakarta, 11-14 Juli 2023, diikuti oleh 29 negara, plus ASEAN Secretariat, plus Uni Eropa.

Tingkat kehadiran pada tingkat Menlu sangat tinggi, regardless beberapa hari sebelum pertemuan, akan berlangsung pertemuan tingkat Menteri NATO di Vilnius. Hingga hari ini sudah terdaftar 1.165 delegasi dan 493 wartawan yang akan hadir di rangkaian AMM/PMC.

Demikian dirilis Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi di lama kemlu.go.id.

Diterangkan pula  dalam 4 hari pertemuan AMM/PMC nantinya, terdapat 18 pertemuan, yaitu SEANWFZ;  AICHR; 56th AMM dalam bentuk plenary; 56th AMM dalam bentuk Retreat; PMC dengan India; New Zealand; Rusia; Australia; China; Jepang; Korea; Uni Eropa; UK Kanada;  AS; ASEAN Plus Three (APT); EAS; dan ARF.

“Disamping itu, juga terdapat beberapa pertemuan Trilateral, antara lain Chair ASEAN + ASEAN Secretariat + Norway; Chair ASEAN + ASEAN Secretariat + Turkiye,” ungkap Retno.

Menlu menambahkan, selain memimpin berbagai pertemuan AMM/PMC, dia  juga akan lakukan tidak kurang dari 13 pertemuan bilateral. Tapi 13 pertemuan tersebut  masih akan terus bergerak, disesuaikan dengan dinamika di lapangan dan alokasi waktu.

Mendahului pertemuan AMM/PMC, Pertemuan tingkat teknis, SOM dan CPR, sudah dimulai  kemarin,  8 Juli 2023. Dari pertemuan-pertemuan tersebut, terdapat 12 outcome documents yang akan dihasilkan.

Negosiasi masih terus berjalan sampai saat ini dan tentunya masih akan terus berlanjut sampai pertemuan berlangsung, termasuk Joint Communique para Menlu ASEAN yang merefleksikan berbagai perkembangan kerja sama ASEAN selama setahun, prioritas kerja sama ke depan, dan isu-isu kawasan serta global yang menjadi perhatian ASEAN.

Menlu juga menyampaikan bahwa situasi dunia saat ini masih dipenuhi rivalitas yang tinggi.  Perang di Ukraina, masih terjadi sampai saat ini.​ Situasi ini sangat berdampak bagi upaya pemulihan ekonomi pasca- pandemi Covid-19.

Situasi ini juga berdampak pada suasana pembahasan di semua forum multilateral dan internasional. Di dalam situasi seperti ini, maka menjadi semakin penting bagi ASEAN untuk memperkuat soliditas dan kesatuannya agar dapat terus memainkan sentralitas.

“Dan dengan sentralitas ini, maka ASEAN akan dapat memainkan peran untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. Di saat yang sama, ASEAN juga masih menghadapi masalah Myanmar,” kata Retno.

Krisis politik yang dipicu oleh kudeta militer telah berlangsung lebih dari 2 tahun. Selama pendekatan yang diambil oleh para pihak adalah pendekatan zero sum, maka perdamaian yang durable tidak akan terjadi.

“Selama spirit perdamaian tidak dimiliki oleh para pihak, maka perdamaian yang durable tidak akan terjadi,” ujarnya.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: