
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) berpotensi Triwulan I 2025 (Januari-Maret) berpotensi melambat, karena mengecilnya kegiatan konstruksi di IKN, APBD Kaltim/Kabupaten/Kota belum bisa dibelanjakan pemerintah karena adanya kegiatan pergeseran alokasi anggaran (efisiensi), dan stagnan-nya ekspor Kaltim.
“Meski berpotensi melambat, tapi pertumbuhan ekonomi Kaltim di Triwulan masih dalam kisaran yang ditargetkan, 5,5% persen,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto dalam acara temu media, Kamis malam (6/3/2025).
Dalam temu media ini, Budi menghadirkan kedua deputinya Bayuadi Hardiyanto, Agus Taufik, serta asistennya Iwan Kurniawan Hadiayanto, Bagoes Fikri, dan para analis di Bank Indonesia Kaltim.
Secara tahunan (year on year/y-on-y), ekonomi Kalimantan Timur pada Triwulan IV-2024 tumbuh sebesar 6,12 persen dibandingkan Triwulan IV-2023 yang tumbuh 5,76 persen. Ini menunjukkan adanya percepatan pertumbuhan pada akhir tahun 2024.
Menurut Budi, sumbangan lapangan usaha konstruksi mengecil di Triwulan I 2025, karena, seperti diketahui APBN untuk IKN, jumlahnya mengecil dan hingga kini belum ada kabar akan ada kegiatan tahun ini, kemudian konstruksi kilang minyak Pertamina di Balikpapan sudah mendekati selesai.
“Meski demikian, diharapkan ada kegiatan baru untuk menopang pertumbuhan di Triwulan I 2025, seperti dimulainya pembangunan sejumlah industri pengolahan dan dimulainya eksploirasi migas oleh perusahaan ENI dari Italia di Kaltim,” ungkapnya.
Kemudian, terlambatnya penggunaan anggaran belanja daerah (APBD) se-Kaltim karena adanya program efisiensi, juga menyumbang melambatnya pertumbuhan ekonomi di Triwulan I 2025. Meski pengaruhnya tidak besar, tapi tetap saja ada pengaruhnya.
“Kita harapkan belanja pemerintah bisa cepat direalisasikan,” tambah Budi.
Pergeseran anggaran belanja di APBD maupun APBN, yakni berkurangnya anggaran perjalanan dinas, bimtek, dan diskusi-diskusi, yang terdampak adalah sektor perhotelan, karena aktivitas di hotel akan berkurang banyak tahun ini.
Terakhir, lanjut Budi, stagnannya permintaan akan batubara dan CPO, serta harga yang tidak stabil patut diwaspadai, karena India dan Tiongkok juga sedang menggiat penggunaan energi bersih. Khusus Tiongkok juga terlibat perang tarif dengan Amerik Serikat.
Nilai ekspor turun
Untuk diketahui Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Dr. Yusniar Juliana, SST, MIDEC dalam siaran resminya secara daring, kemarin, Senin (3/3//2025), melaporkan nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada Januari 2025 tercatat US$1.678,22 juta, atau turun sebesar 30,61% dibandingkan dengan Desember 2024.
Disebutkan, ekspor migas Januari 2025 tercatat sebesar US$173,91 juta, atau turun sebesar 45,09 persen dibandingkan dengan Desember 2024. Sementara itu, ekspor nonmigas tercatat US$1.504,31 juta, atau turun sebesar 28,43 persen.
“Berdasarkan golongan barang, penurunan nilai ekspor terdalam terjadi pada golongan barang bahan bakar mineral sebesar US$410,85 juta (24,32 persen),” kata Yusniar.
Sedangkan peningkatan nilai ekspor nonmigas terbesar pada Januari 2025 terhadap Desember 2024 terjadi pada golongan barang besi dan baja yang naik sebesar US$11,87 juta (tidak dilakukan ekspor pada Desember 2024).
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Ekonomi Kaltim