SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Petugas pemadam kebakaran jatuh pingsan di sekitar area terbakarnya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Bukit Pinang, Samarinda, saat melakukan pemadaman, Rabu 26 September 2023. Diduga petugas itu usai mengonsumsi salah satu merek air mineral kemasan botol, yang belakangan diketahui mengandung jentik.
Petugas pemadam gabungan memang tengah berupaya keras memadamkan kebakaran TPA Bukit Pinang, sejak hari Minggu 24 September 2023. Mereka berjibaku di bawah terik matahari.
Bantuan logistik mengalir datang ke Posko 11 Damkar Samarinda. Seperti di antaranya air mineral kemasan. Dapur umum juga tersedia di posko itu.
Salah satu dus mineral dibuka, untuk menghilangkan dahaga saat berupaya memadamkan api. Belakangan di area TPA yang terbakar, petugas Damkar tumbang alias pingsan setelah mengalami pusing dan sesak nafas.
“Saya tanya, flashback. Habis minum atau makan apa? Diinformasikan rekan itu habis minum air mineral tiga botol,” kata Muriono, salah satu relawan di Samarinda, dikonfirmasi niaga.asia, Rabu 27 September 2023.
Salah satu botol isi air mineral itu diambil dari dalam dus sebagai sampel. Dus air mineral itu diketahui adalah bantuan dari donatur yang peduli dengan perjuangan tim Damkar gabungan, untuk memadamkan kebakaran di TPA.
“Saya di lokasi TPA, lalu saya terawang air dalam botol itu di hadapan matahari. Ternyata ada jentiknya lari-lari ke sana kemari di dalam botol itu,” ujar Muriono.
Petugas Damkar yang pingsan itu kemudian dievakuasi bersama dengan tim Palang Merah Indonesia (PMI) Samarinda untuk mendapatkan pertolongan, dengan pemberian oksigen.
“Air mineral yang saya ambil dari dalam dus itu masih bersegel. Kalau dari label kemasan mineral itu, masa expired 11 Maret 2025,” Muriono menerangkan.
Menurut Muriono, dia menyarankan kepada pihak yang memproduksi air mineral itu, agar menarik dari peredaran air mineral yang memiliki batch produksi yang sama dengan air mineral yang membuat petugas Damkar pingsan.
“Apalagi sekarang peringatan Maulid Nabi di tengah masyarakat. Air mineral itu bisa dibeli masyarakat dari mana-mana karena harga murah. Masyarakat tidak tahu, bisa langsung minum. Kalau rumah sakit penuh bagaimana?” terang Muriono.
Belajar dari kejadian itu, masyarakat diminta untuk lebih teliti dan waspada, sebelum mengonsumsi air mineral. Botol isi air mineral itu sementara diamankan sebagai bukti, yang rencananya akan dibawa ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Samairinda. Sedangkan sisanya dibuang untuk mencegah dampak berikutnya.
“Teliti lagi, terutama masa expired. Tapi sepertinya itu juga tidak berpengaruh, karena air mineral itu baru diproduksi 6 bulan (sudah ada jentiknya). Intinya, lebih detil lagi melihat kondisi air mineral dalam kemasan botol atau gelas, sebelum mengonsumsi,” demikian Muriono.
Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi
Tag: KesehatanPeristiwaSamarinda