Polres Nunukan Daftarkan 8 Anak Eks Pekerja Migran Masuk Sekolah Dasar

Kapolres Nunukan AKBP Taufik Nurmandia bersama Ketua WPP Nunukan AKP I E Berlin mendaftarkan 8 anak di Sekolah Dasar ( Foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Polres Nunukan tahun ajaran 2023-2024 memberikan bantuan pendidikan bagi 8 orang anak eks Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan keluarga tidak mampu agar dapat bersekolah di Sekolah Dasar (SD). Kedelapan anak tersebut adalah anak-anak dari keluarga tidak mampu.

“Bantuan pendidikan ini merupakan kegiatan team patroli perintis presisi Polres Nunukan bekerjasama dengan relawan Wahana Pendidikan Perbatasan (WPP), yang peduli terhadap masa depan anak-anak di Kabupaten Nunukan,” ungkap Kapolres Nunukan AKBP Taufik Nurmandia pada Niaga.Asia, Senin (17/07/2023).

Tidak hanya mendaftarkan bersekolah, seluruh kebutuhan kelengkapan sekolah disiapkan Polres Nunukan, termasuk pembuatan dokumen kependudukan bagi anak-anak yang belum memiliki akte lahir maupun memiliki Kartu Keluarga.

“Tadi pagi saya antar sendiri anak-anak ke sekolahnya, saya juga bertemu kepala sekolah dan guru di sekolahnya,” sebutnya.

Untuk memudahkan ke sekolah, Polres Nunukan menempatkan 2 orang anak di SDN 06 Nunukan dan 6 orang lainnya di SDN 010 Nunukan, pilihan lokasi sekolah tersebut disesuaikan dengan domisili tempat tinggal.

Dikatakan Kapolres, keterbatasan ekonomi keluarga dan kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan menjadi alasan 8 anak tersebut tidak bersekolah, padahal usia mereka sudah memasuki 9 tahun.

“Mereka rata-rata anak eks Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia yang pulang ke Nunukan tanpa dokumen kependudukan,” ujarnya.

Selain faktor ekonomi, terbukanya lapangan kerja di sektor budidaya rumput laut membuat orang tua lebih memilih anak – anaknya ikut bekerja setiap hari membantu meningkatkan penghasilan keluarga.

Fenomena pemikiran seperti ini secara tidak langsung akan merugikan generasi muda, sebab anak-anak yang seharusnya bersekolah mendapatkan pendidikan malah diarahkan mencari penghasilan di usia muda.

“Saya kuatir kedepan anak-anak di Nunukan tertinggal, banyak anak tidak sekolah dan putus sekolah, mereka nantinya kesulitan mencari kerja,” tuturnya.

Perhatian Polres Nunukan terhadap dunia pendidikan tidak sebatas mendaftarkan anak bersekolah, personil patroli perintis presisi setiap hari akan menjadi tenaga pengajar di rumah belajar WPP Nunukan.

Rumah belajar menjadi lokasi pendidikan awal bagi anak putus sekolah dan anak belum bersekolah mengenyam pendidikan dasar, untuk selanjutnya didaftarkan menjadi siswa dan siswi di sekolah formal.

“Awalnya 8 orang itu tidak mengenal huruf dan angka, sekarang sudah bisa membaca dan berhitung, tinggal ditingkatkan di sekolah barunya,” beber Kapolres.

Terpisah, Ketua WPP Nunukan, AKP I Eka Berlin menyebutkan belajar dan bermain adalah dunia anak, kedua hal tersebut tidak boleh dipisahkan dari anak anak, apalagi sampai dirampas hanya untuk kepentingan orang tua.

“Kendala anak tidak bersekolah pasti persoalan ekonomi dan tidak memiliki dokumen kependudukan, nah Polisi siap membantu menyiapkan semua itu,” katanya.

Delapan anak yang disekolahkan Polres Nunukan masing-masing, Rani Maria Tela, Rini Marlina, Manus Herman, Delta Ratna sari, Aura Ramadhani, Aula Bunga, Mecek dan Marianti. Kesemua anak berusia 9 tahun.

Anak-anak ini memiliki semangat kuat untuk bisa bersekolah, namun dilain sisi ada harapan besar menghasilkan uang antara Rp 50 ribu – Rp 100 ribu setiap hari dari bekerja sebagai buruh pengikat rumput laut.

“Ada pengalaman lucu tadi, Aura dan Aula kita daftarkan sekolah dan hari ini mulai masuk, tapi waktu kami jemput, kedua anak ini malah bekerja mengikat rumput laut,” terangnya.

Berlin meminta orang tua jangan membiarkan anak-anak tidak bersekolah ataupun putus sekolah, persoalan kemiskinan dan data kependudukan bukanlah hal sulit diperoleh selama ada niat dan usaha.

Pendidikan anak-anak sangat penting untuk bekal penunjang di masa depan, semakin tinggi sekolah, semakin terbuka pula peluang anak mencapai cita-citanya. Pendidikan adalah salah satu sarana bagi masyarakat menuju kesuksesan.

“Tidak ada batasan usia dalam menuntut ilmu, sistem pendidikan Indonesia sudah menggunakan program akselerasi yang bisa menyelesaikan pendidikan lebih singkat,” tutupnya.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: