Potensi Cuaca Ekstrem Terjadi di Maret-Mei 2023

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, pada Jumat (27/1/2023).  (Foto LKBN Antara)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem berpotensi terjadi pada masa pancaroba, masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau.

Kondisi cuaca ekstrem itu seperti angin kencang, angin puting beliung, dan hujan lebat berdurasi singkat.

“Pada Maret, April, Mei 2023, beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi sebelum memasuki kemarau pada bulan Juni. Hal yang perlu diwaspadai, fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, pada Jumat (27/1/2023).

BMKG memprakirakan curah hujan di wilayah Indonesia mulai mengalami penurunan karena fenomena La Nina yang semakin melemah.

Ketika La Nina terjadi, suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya dan kondisi tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

Berdasarkan hasil pemantauan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menurut BMKG, saat ini intensitas La Nina terus melemah.

Fenomena La Nina yang semakin melemah dan menuju netral menyebabkan penurunan curah hujan. Saat curah hujan menurun, titik api berpotensi muncul di hutan maupun lahan.

“Kewaspadaan yang lebih tinggi perlu dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau, yang diprediksi umumnya menunjukkan curah hujan yang berkurang, yang lebih rendah dari tiga tahun terakhir meskipun sifatnya kembali ke normal,” ucap Dwikorita.@

Sumber: Tribratanews. | Editor: Intoniswan

Tag: