
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Lebih 23 rumah di Jalan M Said Gang 6 RT 26 Lok Bahu diterjang banjir campur lumpur hari Selasa malam. Banjir juga merusak dua motor. Banjir campur lumpur itu diduga imbas dari aktivitas pembangunan perumahan pengembang nasional di Jalan MT Haryono yangi disegel Pemkot Samarinda, Kamis 19 Januari 2023 lalu.
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 18.30 Waktu Indonesia Tengah, di tegah hujan lebat. Banjir lumpur mengalir deras ke jalan permukiman ke permukiman lebih rendah. Bahkan lumpur juga memasuki tidak kurang 20 rumah warga.
Wartawan niaga.asia mengecek lokasi hari Rabu siang. Dari pengamatan ada aktivitas pengupasan bukit menggunakan dua alat berat dan masih berada di lokasi itu. Tidak ada pembatas apapun antara lahan yang dikupas dengan permukiman warga.
Lumpur yang menutupi jalan lingkungan permukiman, utamanya di RT 26, dibersihkan hingga Rabu dini hari oleh warga, relawan kemanusiaan, bersama Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Samarinda, dibantu juga karyawan dari kontraktor pengembang perumahan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda telah mengidentifikasi sebab kejadian itu bersama Lurah Lok Bahu dan Camat Sungai Kunjang.
“Penelusuran tadi malam, dan identifikasi kami bersama Pak Lurah dan Camat, benar salah satu penyebabnya ada luncuran air dari pematangan lahan di atas bukit (belakang rumah warga). Iya, ada aktivitas pematangan lahan dari pengembang,” kata Suwarso, Kepala BPBD Kota Samarinda dalam pernyataannya saat ditemui di lokasi kejadian, Rabu.
Dalam pembicaraan pengembang bersama warga, apabila aktivitas pengupasan atau pematangan lahan itu berdampak bagi masyarakat, pengembang bersedia membersihkan.

“Mestinya dari awal sudah diantisipasi. Misalnya pembuatan sediment pond atau settling pond dan menenuhi syarat kapasitasnya,” ujar Suwarso.
Settling Pond bisa dikatakan kolam yang berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal galian maupun pengupasan lahan, baik air tanah maupan air hujan.
Meski demikian saat kejadian banjir lumpur itu pihak perusahaan juga ikut turun tangan melakukan pembersihan.

“Dia (pengembang perumahan) juga berkewajiban mengantisipasi banjir lumpur berikutnya, dengan membuat sediment pond atau settling pond untuk antisipasi luapan air dari aktivitas pematangan lahan ke permukiman warga,” Suwarso mengingatkan.
Imbas kejadian banjir campur lumpur itu, ada 23 rumah kebanjiran lumpur hingga masuk ke rumah warga. Banjir lumpur juga merusak dua motor dan perabotan warga
“Idealnya begitu. Baik banjir akibat aktivitas mestinya manajemen beritikad baik, berkomunikasi baik dengan pemiliknya,” kata Suwarso saat ditanya perlu tidaknya perusahaan bertanggungjawab terkait banjir akibat pematangan lahan.

Sersan Satu Sulistyo, Babinsa Lok Bahu mengatakan, ada tiga RT terdampak banjir. Tidak hanya di RT 26, melainkan juga warga RT 32 dan RT 34.
“Dampak sampai masuk ke rumah ada 23 rumah. Di luar dari itu, banyak. Sedimen lumpur menumpuk di jalan lingkungan permukiman,” kata Sulistyo.
“Biasanya memang banjir. Biasanya cuma banjir air saja. Tapi malam tadi, lumpur juga ikut (dari bukit yang dikupas),” Sulistyo menambahkan.
Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi
Tag: BanjirBanjir SamarindaBNPBBPBDKaltimKota Penyangga IKNPeristiwaSamarinda