Rano Alfath Pertanyakan Keterlibatan Mafia dalam Kebijakan Impor Beras

Anggota Komisi III DPR RI Moh. Rano Alfath. Foto: Dok/Man

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Anggota Komisi III DPR RI Moh Rano Alfath turut mempertanyakan adanya keterlibatan mafia beras dalam kebijakan impor beras sebanyak ratusan ribu ton yang dilakukan Pemerintah pada akhir bulan Desember tahun 2022.

Menurut Rano, diperlukan ada keterlibatan aparat penegak hukum untuk mengawasi maupun melakukan investigasi terkait dugaan adanya permainan mafia pangan tersebut. Kebijakan impor beras ini sedang ramai disoroti masyarakat.

“Untuk itu, saya turut meminta Aparat Penegak Hukum baik Polri maupun Kejaksaan untuk turun tangan meningkatkan pengawasan dan bila perlu tindaklanjuti dugaan-dugaan adanya permainan dalam impor beras. Segera gerak cepat dan proses hukum apabila terbukti ada mafia-mafia yang terlibat, kita tunjukkan bahwa negara tidak main-main soal ketahanan pangan karena ini menyangkut hajat hidup banyak orang,” tegas Rano dalam rilisnya, Rabu (4/1/2023).

Lebih lanjut, Politisi Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu lantas meminta negara belajar dari berbagai macam kebijakan impor pangan yang berujung tindak pidana diantaranya seperti mafia minyak goreng, kasus impor garam, dan lain-lain.

“Masyarakat dan petani kita nasional merupakan korban utama dalam kasus mafia pangan ini.   Untuk itu, kita harus ekstra hati-hati dan lakukan pengawasan ketat terkait impor beras ini jangan sampai dijadikan ladang untuk memperkaya diri sendiri bagi oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

“Bila perlu bentuk satgas-satgas terkait agar penegakan hukumnya lebih optimal,” pungkas  Legislator Daerah Pemilihan Banten III tersebut.

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah memutuskan untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu demi memperkuat stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang ditargetkan sebanyak 1,2 juta ton pada akhir tahun 2022. Diharapkan dengan tambahan beras impor tersebut dapat memenuhi kebutuhan selama Januari-Februari 2023 yang hitunganya masih defisit antara produksi dan konsumsi.

Sumber: Humas DPR RI | Editor: Intoniswan

Tag: