Reaksi Keras Driver GoJek Samarinda, 657 Motor Rusak Diduga Gegara Kualitas BBM di SPBU

Ketua Umum Budgos Samarinda Ivan Jaya membawa dua sampel BBM Pertamax dari dua kendaraan pribadi miliknya dan istrinya yang rutin mengisi BBM Pertamax di SPBU. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Ratusan driver ojek online gojek Samarinda menanti hasil laboratorium sampel-sampel bahan bakar minyak (BBM) dari masing-masing SPBU di Samarinda yang diuji di laboratorium, berkaitan kasus BBM bikin brebet kendaraan, utamanya motor.

Ketua Umum Bubuhan Driver Gojek Samarinda (BUDGOS) Ivan Jaya mengatakan, langkah Pertamina dengan membuka layanan pengaduan melalui hotline Pertamina Call Center 135 maupun offline di masing-masing SPBU memang sudah bagus. Namun dia mempertanyakan apa bentuk tindak lanjutnya, jika SPBU tersebut terbukti nakal.

“Selama ini kan sibuk di media, semuanya klarifikasi yang kita mau ini, tapi apa tanggung jawabnya? Karena kita dengar bahwa permasalahan seperti itu, kalau ada lapor ke 135 hotline-nya,” kata Ivan di Gedung E DPRD Kaltim, Jalan Teuku Umar, Samarinda, Rabu 9 April 2025.

Untuk memudahkan Budgos Samarinda mengumpulkan bukti-bukti kuat bahwa BBM yang dijual di SPBU bermasalah, serta koordinasi informasi kendaraan yang mengalami masalah, Driver Gojek Samarinda membuat platform aduan ojek online berupa layanan WhatsApp.

“Aduan ini untuk investigasi kami, dan dari hari ke hari, saya tahu di bagian mana BBM-nya yang bermasalah karena kita selalu komunikasikan motor-motor mogok ini ngisinya di mana?” terang Ivan.

Lewat layanan ini, para driver bisa mengumpulkan bukti-bukti terkait kualitas BBM di berbagai SPBU, serta mencatat kendaraan yang mengalami kerusakan.

“Ada yang lapor isi di SPBU kebaktian, kemudian besoknya SPBU Slamet Riyadi, semua kena. Dan semua sempelnya dari SPBU-SPBU bermasalah ini kita simpan. Kalau memang diminta untuk dihadirkan, bahkan orang yang menjadi korban kita hadirkan ke sini,” terang Ivan.

Menurut data yang dihimpun Budgos Samarinda, sebanyak 657 motor rusak diduga karena pengisian BBM, di mana 519 motor di antaranya sudah diperbaiki secara mandiri. Sisanya 138 motor masih terkatung-katung tanpa perbaikan.

“Sisanya belum ada untuk memperbaiki. Namanya ojek online ini pemasukannya hari-hari. Bagaimana lagi mau mengganti fuel pump-nya dan spare part kendaraan?” tanya Ivan.

“Jadi yang belum diperbaiki ini, ada dipaksa untuk jalan, ngojek. Dan ada yang didiamkan saja sembari menunggu biaya,” tambahnya.

Ivan menegaskan semua Driver Gojek Samarinda ini memiliki perekonomian di bawah rata-rata. Menurut para driver, biaya yang dikeluarkan dalam sekali perbaikan fuel pump mulai dari Rp250 ribu sampai Rp 750 ribu, tergantung jenis dan merek kendaraan.

“Variatif. Ada yang Rp250 ribu, Rp400 ribu, Rp500 ribu dan Rp750 ribu, tergantung jenis motor, merek motor dan tingkat kerusakannya,” jelas Ivan.

Menurutnya, sebagian besar driver Gojek Samarinda berada dalam kondisi ekonomi di bawah rata-rata. Pendapatan harian mereka tidak cukup untuk menutupi biaya perbaikan kendaraan yang mendadak, dan di luar dugaan.

Baca juga: Pertamina: SPBU Bermasalah Dibina, Jual BBM Tidak Sesuai Standar Bisa Disegel

“Mungkin buat Bapak-Ibu, uang Rp250 ribu itu kecil, tapi bagi kami itu besar pak. Ngojek aja hanya dapat uang Rp100 ribu dalam sehari sudah syukur, kami bisa makan. Ternyata ada masalah ini kita harus memikirkan biaya perbaikan kendaraan lagi,” jelas Ivan.

Bahkan yang paling menyentuh hati, ada driver gojek seorang janda anak satu yang berhenti menarik ojek karena motornya brebet dan harus ganti fuel pump yang nilainya ratusan ribu.

“Sampai sekarang ibu janda tersebut, tidak bisa ngojek dan gak bisa nyari uang. Sampai-sampai teman di basecamp ini urunan untuk membantunya,” terang Ivan.

Permasalahan BBM ini merupakan kerugian sekaligus musibah bagi para ojek online. Pasalnya mereka yang menggantungkan dan menjalani kehidupannya sehari-harinya, sepenuhnya di jalanan ini merasa sangat dirugikan.

“Gimana tidak, kami konsumen aktif, sehari pasti mengisi BBM ful, bahkan bisa berkali-kali sesuai penggunaan. Kami dua kali merugi, pertama kami selalu isi BBM full Rp50 ribu itu sudah biaya, ternyata tidak mendapatkan spek (kualitas) BBM yang bagus. Setelah rugi beli BBM, rugi lagi baiki motor. Nombok dua kali,” jelasnya.

Selain itu, Ivan merasa bingung atas hasil pasti BBM dari berbagai pihak yang sampai saat ini belum ada hasil resmi diumumkan kepada publik.

“Banyak pihak yang sudah melakukan uji lab-uji lab, kita apresiasi bahwa ada keinginan membuktikan ini palsu atau tidak. Tapi dari sudut pandang kami masyarakat, memang sehabis uji lab itu mau ngapain kalau memang ini terbukti oplosan?” tanya Ivan heran

Ivan mewakili Driver Gojek se-Samarinda meminta agar hasil uji BBM di laboratorium yang keluar tidak simpang siur.

“Pertamina bilangnya clear and clean tapi di lapangan kendaraan kita brebet-brebet.
Jangan sampai nanti selesai uji lab, hasilnya tidak ada oplosannya? Terus kami bagaimana? Ngapain kita ngada-ngadain begini? Mending kita Ngojek Pak dari pada begini,” tegasnya.

Jika memang benar hasil uji laboratorium tersebut hasilnya ada masalah pada BBM, Ivan minta segera disampaikan jujur kepada publik.

“Jangan malu kalau memang ada masalah. Saya yakin Pertamina kerja, tapi tolonglah cari orangnya, tangkap. Kalau dibutuhkan saksi-saksi korban ini, sebagai saksi kita akan datangkan. Tapi harus ada penggantian,” tegasnya lagi.

Terakhir, Ivan menjelaskan atas kejadian BBM itu, banyak driver Gojek yang memilih untuk mengisi BBM di BBM eceran botolan, bahkan BBM dispenser atau pom mini.

“Bahkan banyak sekarang yang mengisi di eceran di POM Mini. Karena apa? Karena kita tidak percaya isi BBM di SPBU hasilnya bisa bagus,” demikian Ivan Jaya.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: