Retno Dorong Kerja Sama Konkret Memajukan Agenda Women, Peace and Security 

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi  dalam pertemuan para Menlu perempuan membahas Women, Peace and Security di Ulaan Baatar, Mongolia. (Foto Kemlu)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mendorong kerja sama konkret untuk memajukan agenda Women, Peace and Security atau sering disebut WPS agar manfaatnya langsung dirasakan oleh kaum perempuan, dan secara lebih luas lagi oleh rakyat.

Retno mengatakan  hal itu saat menjadi pembicara di sesi “Peran Perempuan dalam Memajukan Perdamaian dan Keamanan” atau kita sebut Women, Peace and Security (WPS) bersama  Menlu Jerman, Perancis, Afrika Selatan dan Mongolia.

Pertemuan pertama para Menlu perempuan diselenggarakan di Mongolia 28-29 Juni 2023. Pertemuan ini diadakan untuk membahas peran perempuan dalam berbagai isu global, seperti perubahan iklim, keamanan pangan, perdamaian dan keamanan.

Menurut Menlu Retno, dia menyampaikan 4 usulan kerja sama dalam rangka memajukan agenda WPS agar manfaatnya langsung dirasakan oleh kaum perempuan, dan secara lebih luas lagi oleh rakyat.

Pertama, meningkatkan partisipasi perempuan dalam preventive diplomacy, proses perdamaian, dan resolusi konflik.

“Saya sampaikan bahwa Indonesia telah menginisiasi pembentukan Southeast Asia Network of Women Peace Negotiators and Mediators pada tahun 2019. Network ini adalah network yang pertama dan satu-satunya di kawasan Asia Tenggara. Dan network ini telah jadi bagian dari Global Alliance of Regional Women Mediator Networks,” kata Retno dalam press briefingnya, Sabtu (1/7/2023).

Menanggapi pernyataan Indonesia ini, ungkap Retno, OSCE (Organization for Security Cooperation in Europe) telah menyambut baik dan menawarkan kerja sama untuk meningkatkan pelatihan dan jejaring kerja untuk para negotiators dan mediators perempuan.

Kedua, penting meningkatkan partisipasi perempuan dalam pasukan perdamaian PBB.

Indonesia adalah salah satu kontributor terbesar, nomor 8, pasukan perdamaian PBB. Dan jumlah peacekeeper perempuan Indonesia sekarang naik 50% dibanding 5 tahun yang lalu.

“Saya mengusulkan agar para Menlu perempuan dapat memastikan bahwa kebijakan yang lebih ramah terhadap perempuan dalam misi perdamaian PBB penting untuk terus diperjuangkan di dalam forum PBB. Usulan ini ditanggapi dengan sangat baik,” ungkap Retno.

Ketiga, memberdayakan ekonomi perempuan dan menebarkan niai-nilai perdamaian dan toleransi.

“Dalam pernyataaan saya, saya menyebutkan salah satu contoh sebuah program dari salah satu LSM Indonesia yang disebut “Peace Village.” Program ini ditujukan untuk menjadikan perempuan sebagai agen perdamaian dan toleransi sambil memberdayakan perempuan di bidang ekonomi,” demikian Retno menjelaskan.

Diterangkan pula, Indonesia siap untuk sharing pengalaman di bidang ini karena perempuan perlu diberdayakan secara ekonomi dan sekaligus dapat menjadi agen perdamaian dan toleransi.

Keempat, memastikan akses perempuan terhadap pendidikan dan pekerjaan.

“Dalam kaitan ini, saya sampaikan upaya yang terus dilakukan Indonesia dalam membantu perempuan Afghanistan agar dapat memperoleh akses pendidikan dan peran lainnya di masyarakat,” kata Retno.

Desember tahun lalu, Indonesia telah menyelenggarakan International Conference on Afghan Women Education dengan hasil komitmen yang cukup besar untuk mendukung pendidikan bagi perempuan Afghanistan, termasuk tawaran-tawaran untuk beasiswa. Dan untuk tahun ini, konferensi yang kedua akan dituanrumahi oleh Qatar.

Retno melaporkan, dari Mongolia, dia akan langsung terbang ke Sydney untuk mempersiapkan kunjungan Presiden ke Australia 2-3 Juli dan kemudian lanjut ke PNG.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: