RSUD AWS Bantah Bayi Muara Badak Meninggal karena Tidak Dapatkan Layanan Medis

Gerbang masik RSUD AW Sjahranie di Jalan Palang Merah, Samarinda, Selasa 2 Juli 2024 (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Seorang bayi berusia 6 bulan seberat 9 kg asal Muara Badak, Kutai Kartanegara, anak dari keluarga Muhammad Yamin, meninggal dunia di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie (AWS), dikabarkan setelah tidak mendapat pelayanan medis hampir 3 jam, Jumat 28 Juni 2024 lalu. Begini duduk persoalan kejadian itu dari versi RSUD AWS.

Kabar kejadian itu beredar di masyarakat. Manajemen RSUD AWS mengaku telah memberikan pelayanan cepat kepada bayi tersebut 2 menit setelah tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Direktur RSUD AW Sjahranie dr David Hariadi Masjhoer membantah tudingan kelalaian pelayanan RSUD AWS yang beredar luas di masyarakat.

“Terkait berita bayi meninggal di RSUD AWS itu betul, ada pasien dari Bontang datang ke RSUD AWS jam 18.55 WITA. Berdasarkan catatan medik kami, bayi itu kemudian ditangani jam 18.57 WITA, masuk ke ruang restorasi untuk melakukan infus tapi gagal,” kata David, ditemui di Kantor Dinas Kesehatan Kaltim Jalan AW Sjahranie, Samarinda, Selasa 2 Juli 2024.

“Standar-nya pelayanan itu kan 5 menit. Kita bahkan di bawah 5 menit, kita sudah memberikan upaya pemasangan infus tapi gagal,” ujar David Masjhoer.

Menurut David, kegagalan proses infus pada bayi itu, dikarenakan saat itu pihak RSUD AWS mengalami kesulitan untuk menemukan keberadaan posisi pembuluh vena yang ada pada bayi tersebut karena obesitas, sehingga pemasangan infus pun gagal.

Direktur RSUD AW Sjahranie dr David Hariadi Masjhoer (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

“Belum terpasang infus karena posisinya gemuk, dan vena-nya susah dicari, kemudian dehidrasi. Karena diare itu kan terjadi kolaps pada pembuluh darah itu, membuat kita kesulitan mencari pembuluh darah,” jelas David Masjhoer.

David bilang telah kronologis awal kedatangan bayi tersebut bahwa sang bayi telah mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Menurutnya, keluhan awal bayi tersebut mengalami diare dan muntah.

“Menjadi persoalan sudah ditangani tapi meninggal. Berdasarkan asesmen awal dokter yang bertugas di IGD itu mengatakan, dehidrasi sedang. Tapi beberapa saat setelah itu mengatakan dehidrasi berat,” terang David Masjhoer.

Menurut David, melakukan diagnosa dehidrasi pada bayi obesitas, tidak semudah melakukan diagnosa pada bayi dengan bobot normal.

“Memang agak susah mendiagnosis bayi obesitas, terhadap dehidrasi itu. Selain itu, wajar, seiring waktu yang awalnya dehidrasi sedang menjadi berat karena dia muntah dan diare terus,” jelas David Masjhoer.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin berkomitmen akan melakukan pembenahan terkait pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan (Faskes) yang ada di Kaltim.

“Mulai dari rumah sakit hingga Puskesmas, kita harus benahi beberapa hal. Salah satunya koordinasi dan segalanya. Saya tidak menyentuh terkait kasusnya yang lagi ramai sekarang,” kata Jaya Mualimin.

“Kita akan mencoba mulai hal-hal kritis, ketika ada yang meninggal menjadi konsen bagi Dinkes Kaltim apa sih masalahnya bisa sampai meninggal?” jelas Jaya Mualimin.

Keterangan dihimpun, sebelumnya paman dari bayi berusia 6 bulan, Muhammad Yamin bercerita saat tiba di RSUD AW Sjahranie sekira pukul 18.10 Wita, disambut petugas IGD yang menanyakan kondisi bayi itu. Meski begitu, bayi disebutkan belum mendapatkan penanganan yang semestinya.

Perawat yang datang, mencoba memasang selang infus namun gagal. Kondisi yang kian lemas membuat bayi itu meninggal di RSUD AW Sjahranie.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: