Sebagian Kecil WNI di Sudah Dievakuasi ke Rumah Aman

WNI yang berhasil dievakuasi ke rumah aman di Kantor KBRI Khartoum. (KBRI KAHRTOUM Via BBC News Indonesia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Pemerintah Indonesia terus mempersiapkan proses evakuasi para WNI yang tinggal di Sudan, akibat konflik militer bersenjata yang terus berlangsung sejak Sabtu (15/04) lalu.

Berdasarkan data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Khartoum, terdapat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan, sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa, dan baru sebagian kecil sudah dievakuasi ke rumah aman.

“Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat yang tepat untuk bisa melakukan evakuasi dengan tetap mempertimbangkan keselamatan WNI,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kamis (20/04), dikutip dari LKBN Antara.

Namun, Menlu Retno menambahkan, proses evakuasi tersebut dapat berlangsung jika kedua pihak yang berkonflik, yaitu tentara Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menyetujui jeda kemanusiaan.

“Jeda kemanusiaan akan menjadi kunci bagi pelaksanaan evakuasi dan keberlanjutan bantuan kemanusiaan,” kata Retno,

Kementerian Luar Negeri dan KBRI Khartoum telah mengadakan pertemuan virtual dengan para WNI serta organisasi masyarakat Indonesia di Sudan, sehari usai pertempuran terjadi, pada Minggu (16/04).

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi. (Foto Kemlu RI)

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sebelumnya, Kamis (20/4/2023) mengatakan, pemerintah Indonesa terus mempersiapkan proses evakuasi bagi WNI yang tinggal di Sudan.

“Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat yang tepat untuk bisa melakukan evakuasi dengan tetap mempertimbangkan keselamatan WNI,” kata Retno.

Berdasarkan data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Khartoum, terdapat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan, sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.

Tim perlindungan WNI dari KBRI Khartoum telah mengevakuasi 43 WNI yang terjebak di lokasi pertempuran ke tempat perlindungan KBRI.

Sebanyak 15 WNI, mayoritas terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil, telah dievakuasi ke Kantor KBRI di Khartoum, di tengah situasi pertempuran yang masih berlangsung.

Namun, ratusan WNI yang berada di ibu kota Khartoum lainnya belum dapat dievakuasi ke rumah aman.

KBRI mengimbau kepada WNI yang belum dapat menjangkau rumah aman, untuk “tetap berada dalam rumah masing-masing dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah.”

Demi keselamatan, pergerakan menuju Safe House KBRI dilakukan ketika situasi keamanan sudah memungkinkan,” sebut laporan KBRI Khartoum yang diterima BBC News Indonesia, Rabu (19/04).

Ke-15 WNI yang sekarang berada ke rumah aman di Kantor KBRI Khartoum, berhasil dievakuasi saat pihak KBRI mendistribusikan logistik.

“Menggunakan kesempatan pergerakan saat melakukan distribusi logistik, KBRI membawa 15 WNI dimaksud dari wilayah Khartoum yang mayoritas terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil,” kata laporan itu lagi.

Sebelumnya, KBRI Khartoum mendistribusikan logistik kepada sejumlah WNI yang terdampak konflik di sejumlah kawasan Khartoum, Selasa (18/04).

Bantuan itu diberikan kepada sekitar 200 WNI terdampak perang “yang mayoritas berstatus Mahasiswa dan Pekerja Migran Indonesia”.

“Petugas KBRI bekerja sama dengan PPI Sudan dan Ikatan Mahasiswa Indonesia (IMI) menelusuri beberapa wilayah di Arkaweet dan Makmurat yang berjarak 500 meter dari zona konflik bersenjata,” sebut laporan KBRI Khartoum.

Menlu Retno menambahkan, proses evakuasi tersebut dapat berlangsung jika kedua pihak yang berkonflik, yaitu tentara Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menyetujui jeda kemanusiaan.

“Jeda kemanusiaan akan menjadi kunci bagi pelaksanaan evakuasi dan keberlanjutan bantuan kemanusiaan,” kata Retno.

Pertempuran sengit pecah di Khartoum pada 15 April

Inti dari konflik itu adalah perebutan kekuasaan antara pasukan yang setia kepada panglima militer Sudan Abdel Fatteh al-Burhan dan saingannya RSF.

Penembakan dan pengeboman yang hampir terus-menerus terjadi di Khartoum dan di tempat lain telah menyebabkan terputusnya aliran listrik, akses yang aman ke makanan dan air bagi sebagian besar penduduk.

Beberapa upaya gencatan senjata yang tampaknya telah disetujui oleh kedua belah pihak diabaikan, termasuk jeda tiga hari untuk menandai hari raya Idulfitri, yang dimulai pada hari Jumat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pertempuran itu telah menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai ribuan lainnya. Namun jumlah korban tewas diyakini jauh lebih tinggi karena sulitnya akses untuk menuju rumah sakit.

Warga Inggris terlantar dan frustrasi

Perang Sudan merupakan buah dari perebutan kekuasaan yang ganas di dalam kepemimpinan militer. (FOTO GLODY MURHABAZI/AFP Via BBC News Indonesia)

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak memimpin pertemuan darurat Cobra (rapat untuk mendiskusikan masalah krisis nasional, regional, dan internasional) pada hari Sabtu untuk membahas konflik yang terjadi Sudan dan pembicaraan lebih lanjut diharapkan dilaksanakan pada Minggu.

Menteri Luar Negeri James Cleverly telah mempersingkat tur Pasifik dan kembali ke London.

Beberapa warga negara Inggris yang terjebak di Sudan menyuarakan rasa frustrasi dan kecemasan mengenai tidak adanya angkutan udara.

Seorang warga Inggris di Khartoum bernama Iman Abu mengatakan dia telah mendaftarkan dirinya dan kedua anaknya, seperti yang diinstruksikan, “dan sejak itu – tidak ada perkembangan”.

“Kami tidak tahu tentang skala waktu atau kerangka waktu. Kami tidak tahu seperti apa jadinya. Apakah kami akan diterbangkan dari Bandara Khartoum? Apakah kami harus pergi melalui jalan darat? Sungguh membuat frustrasi karena tidak ada kontak manusia apa pun,” keluhnya.

Warga negara Inggris lainnya di Khartoum mengatakan kepada BBC bahwa dia merasa “benar-benar ditinggalkan” oleh pemerintah Inggris, karena tidak mendapatkan “informasi sama sekali” tentang kemungkinan rencana evakuasi.

**) Artikel ini bersumber dari artikel BBC News Indonesia  yang sudah tayang dengan judul “Konflik Sudan: Militer AS mengevakuasi diplomatnya dari Khartoum

Tag: