Sedih, Area Kerja Penyelamatan Orangutan di Kalimantan Terbakar Lagi

Petugas saat memadamkan Karhutla yang masuk dalam area kerja Yayasan BOS di Kalimantan Tengah, 18 Agustus 2023 lalu (HO-dokumentasi Yayasan BOS)

PALANGKARAYA.NIAGA.ASIA — Yayasan BOS sangat prihatin dengan maraknya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang belakangan ini terjadi, baik di luar maupun di dalam wilayah kerjanya di Kalimantan.

Memasuki musim kering ekstrem tahun ini, dengan fenomena “El Nino” yang membuat hutan-hutan di Indonesia menghadapi risiko kebakaran tinggi, dua lokasi di wilayah kerja Yayasan BOS mengalami kebakaran.

Pertengahan Agustus 2023 lalu, terjadi Karhutla rawa gambut yang diperkirakan seluas 50 hektare di dua lokasi berbeda di wilayah kerja Yayasan BOS Mawas, di Kalimantan Tengah.

Tim pemadam kebakaran Yayasan BOS dengan bantuan masyarakat setempat berhasil memadamkan kebakaran tersebut. Namun demikian, keterbatasan akses menuju lokasi Karhutla dan kedalaman kubah gambut mengakibatkan kebakaran meluas jauh di kedalaman gambut, sehingga menyulitkan tim pemadam kebakaran mengidentifikasi kebakaran dari permukaan dan membutuhkan waktu hampir seminggu untuk memastikan api padam.

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi secara tiba-tiba pada tahun 2023 ini menggarisbawahi perlunya tindakan segera dan kolaboratif untuk mengatasi kejadian ini agar tidak menjadi lebih buruk.

Api berkobar hebat saat menghanguskan hutan dan lahan di area kerja penyelamatan Orangutan (HO-Yayasan BOS)

Kilas balik ke tahun 2015, fenomena El Nino juga melanda pulau Kalimantan seperti sekarang, menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panjang dan lebih ekstrem. Delapan tahun lalu, lahan pertanian kering dan semak belukar memicu kebakaran besar di seluruh pulau Kalimantan, yang semakin diperburuk oleh kegiatan pembukaan lahan ilegal.

Lebih dari 2 juta hektare hutan hilang akibat kebakaran hutan tahun itu. Awan asap beracun menyelimuti langit, menyebabkan masalah pernapasan dan menghancurkan habitat spesies flora dan fauna yang tak terhitung jumlahnya, termasuk Orangutan.

Sejak November 2015 hingga Februari 2017, Yayasan BOS harus merelokasi orangutan liar ke hutan yang lebih aman. Kemudian, pada 2019, kobaran api kembali muncul. Meskipun keganasannya tidak sebanding dengan tahun 2015, kebakaran masih menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesejahteraan manusia.

Belajar dari kejadian kebakaran hutan dan lahan yang ekstrem di Kalimantan di tahun 2015 dan 2019, Yayasan BOS secara rutin menggelar pelatihan penanganan kebakaran, pemantauan wilayah kerja, membentuk dan melatih kelompok pemadam kebakaran, serta membangun sumur sebagai tempat penampungan air untuk memadamkan kebakaran.

Untuk memaksimalkan dampak persiapan mitigasi bencana, Yayasan BOS juga memastikan bahwa infrastruktur pemadam kebakaran dan sumur dapat diakses di lokasi-lokasi yang rawan atau pernah mengalami kebakaran hebat.

Area kerja penyelamatan Orangutan yang hangus terbakar mencapai 50 hektare (HO-Yayasan BOS)

Jamartin Sihite, CEO Yayasan BOS bilang, areal kerja Yayasan BOS yang berada di kawasan eks Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) sejuta hektare lahan gambut dan rawa untuk tanaman pangan, termasuk areal rawan kebakaran dan kaya karbon. Sebelumnya, menjelang musim kemarau, Yayasan BOS melakukan beberapa upaya sebagai tindakan preventif untuk mengurangi dampak kebakaran hutan. Bersama dengan mitra internasional, Yayasan BOS telah melakukan pembasahan lahan, serta membangun sumur serta “beje” (kolam).

“Jika terjadi kebakaran, sumur dan kolam ini bisa digunakan sebagai sumber air untuk memadamkan api. Yayasan BOS juga bekerja bersama dengan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kepedulian akan pencegahan kebakaran, karena mencegah jauh lebih baik daripada memadamkan api,” kata Jamartin Sihite, dikutip niaga.asia melalui keterangan tertulis, Selasa 12 September 2023.

Upaya preventif yang dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi dampak kebakaran hutan dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan mitra internasional.

“Hanya melalui kolaborasi yang kuat dan komitmen terhadap praktik-praktik berkelanjutan, maka dampak negatif kebakaran hutan di Kalimantan dapat dikurangi atau dihindari sepenuhnya,” Jamartin Sihite menambahkan.

Yayasan BOS mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mengabdikan waktu dan usaha mereka untuk tujuan pencegahan kebakaran. Mitra internasional dan para donatur, baik institusional maupun individu, berdiri sebagai tiang kekuatan yang memungkinkan kami untuk tanpa henti menjalankan misi dari Yayasan BOS.

Sumber : Yayasan BOS | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: