Setelah 14 Tahun, Penyakit Jembrana pada Sapi Ditemukan Lagi di Kutai Timur

Sapi Bali (HO-Kementerian Pertanian)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Awal Agustus 2024 lalu lima ekor hewan ternak lokal milik peternak di Sangatta Selatan, Kutai Timur (Kutim), terjangkit penyakit jembrana, setelah 14 tahun daerah itu dinyatakan bebas dari wabah penyakit jembrana, setelah kasus terakhir di Kutai Timur terjadi di 2010 lalu.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim Fahmi Himawan mengatakan, penyakit jembrana merupakan penyakit klinis yang mampu menyerang sapi-sapi Bali secara cepat.

Untuk meminimalisir virus jembrana menyebar luas di Kaltim, DPKH Kaltim telah berkoordinasi dengan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Kutim untuk bertindak cepat menyikapi adanya temuan kasus kematian mendadak sapi Bali, di Kecamatan Sangatta Selatan itu.

“Sapi-sapi bali yang terindikasi penyakit jembrana dilakukan penanganan klinis dan langsung dilakukan penanganan. Harapan kami penyakit ini tidak menyebar,” kata Fahmi saat ditemui belum lama ini.

Fahmi menjelaskan, DPKH Kaltim secara rutin telah menganggarkan dan mendistribusikan ratusan vaksinasi Jembrana ke masing-masing kabupaten/kota.

“Vaksin Jembrana setiap tahun kita lakukan, dan kita distribusikan vaksin jembrana ke kabupaten/kota,” ujar Fahmi Himawan.

Menurut Fahmi, sapi Bali memang rentan terkena penyakit terutama penyakit jembrana. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar para peternak di Kaltim untuk melakukan diversifikasi atau penganekaragaman jenis sapi.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim Fahmi Himawan (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

“Jembrana hanya khusus sapi Bali. Itu merupakan konsekuensi dari peternak kita memilih sapi Bali sebagai komoditas ternak yang dibudidayakan di wilayah kita,” sebut dia.

“Diversifikasi ini harus dilakukan jadi tidak hanya berfokus pada sapi Bali saja, seperti di Penajam Paser Utara (PPU) ada Brahman cross, limousin dan simental,” lanjut Fahmi Himawan.

Selain itu, sapi Bali juga rentan terserang penyakit malignant catarrhal fever (MCF) atau demam kataral ganas yang disebabkan oleh hewan domba.

“Makanya kemarin ada kebijakan domba dilarang masuk ke Kaltim. Karena 90 persen sapi di Kaltim itu berjenis sapi Bali,” demikian Fahmi Himawan.

Melalui diversifikasi ternak, lanjut Fahmi, nantinya akan menghadirkan keragaman jenis ternak dan turut menjaga jumlah sapi di Kaltim untuk memenuhi kebutuhan pangan hewani masyarakat Kaltim.

Dikutip niaga.asia dari laman resmi Kementan, penyakit jembrana pada sapi Bali tidak menular ke sapi jenis lain. Selain itu, penyakit Jembrana jiga tidak menular ke manusia, maupun sebaliknya.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: