Shahar Al Haq: 99% Karhutla Disebabkan Ulah Manusia

Wagub Kaltim Hadi Mulyadi bersama Kepala UPTD KPHP Telake Shahar Al Haq (kiri) saat Gladi Posko Karhutla, beberapa lalu. (Foto: Istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Selain faktor alam,  menurut Kepala Unit Pelaksana Tugas Daerah Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (UPTD KPHP) Telake  Dinas Kehutanan Kaltim Shahar Al Haq, 99% kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kaltim disebabkan ulah manusia.

“Satu persen karhutla itu disebabkan musim kemarau dan dampak El-Nino yang mencapai puncaknya di bulan Agustus ini. Nah, manusialah dengan berbagai kepentingan membakar lahan. Ketika tidak diantisipasi kebakaran itu menjalar sampai ke kawasan hutan,” ungkapnya kepada niaga.asia, Selasa (8/8).

Sinyelemen itu mempunyai dasar, yakni pengalaman keterlibatan Shahar Al Haq dalam mengantisipasi dan menangani karhutla selama puluhan tahun.

“Dari analisa segi tiga api yang meliputi:  panas, oksigen dan bahan bakar. Unsur ketiga; bahan bakar itu berasal dari manusia yang karena kepentingan tertentu menggunakannya untuk membakar lahan,” paparnya lebih jauh.

Manusia paling pandai memanfaatkan  panas bumi dari musim kemarau, katanya, untuk membuka lahan.

“Karena pada saat itu tumbuhan paling gampang dibakar dan terbakar. Cukup dengan melempar puntung rokok saja, tidak lama kemudian kebakaran yang menjalar sampai ke kawasan hutan,” ucap Shahar yang mempunyai wilayah tugas di Paser dan PPU.

Demo pemadaman kebakaran lahan dan hutan pada saat Gladi Posko Karhutla. (Foto: Istimewa)

Namun Shahar, sapaan karibnya, meyakini oknum-oknum pembakar lahan itu bukan penduduk asli yang berada di sekitar hutan.

“Mereka adalah orang-pendatang dan mungkin juga orang suruhan untuk membuka lahan. Kalau penduduk asli yang mendiami sekitar hutan tidak mungkin melakukannya. Bagaimana mungkin mereka membakar lahan atau hutan, sementara kebutuhan hidup mereka berasal dari situ,” papar.

Shahar menyebut ladang berpindah yang merupakan kearifan lokal masyarakat di pedalaman  dapat dijadikan contoh untuk menghindari karhutla.

“Ketika masyarakat setempat membuka huma atau ladang, mereka cuma memerlukan sedikit lahan. Saat membakar tumbuhan di atas lahan itu mereka jaga, sehingga apinya tidak merembet ke kawasan lain. Itu patut menjadi praktik baik dalam menjaga kelestarian hutan, kawasan hutan dan lahan,” urai Shahar yang juga seorang seniman teater ini.

Tentang antisipasi kemungkinan karhutla di musim kemarau ini, Dinas Kehutanan dan UPTD yang dipimpinnya menggelar Gladi Posko Karhutla, di PPU, 31 Juli sampai 4 Agustus 2023 lalu.

Dalam gladi posko yang dihadiri Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, digelar kesiapan  para pihak se Kaltim dalam mengantisipasi dan menanggulangi karhutla.

Menyinggung tentang arti penting hutan Kaltim bagi kehidupan, Shahar menyebut, hutan adalah sumber oksigen anugerah Tuhan yang dibutuhkan manusia, flora dan fauna.

“Maka dari itu, lantaran banyak menghasilkan oksigen, hutan Kaltim disebut sebagai paru-paru dunia. Bayangkan ketika hutan Kaltim habis, niscaya oksigen untuk kebutuhan paru-paru juga tiada  niscaya kehidupannya pun akan punah,” pungkasnya.

Penulis: Hamdani |Editor: Intoniswan

Tag: