Singkong Bisa jadi Pangan Selingan Pengganti Beras

Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kaltim, Ir. Siti Farisyah Yana, M.Si. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kaltim, Ir Siti Farisyah Yana, mengungkapkan, produksi singkong di Kaltim sendiri terbilang bagus dan berpeluang diolah jadi pangan harian sebagai selingan pengganti beras yang harganya kini mahal.

“Memungkinkan untuk dilakukan, karena jumlah produksi singkong di Kaltim sendiri terbilang bagus. Meskipun tidak bisa 100 persen sebagai pengganti beras,” ungkap Yana kepada wartawan, Kamis (29/2/2024).

Sejauh ini produksi singkong di daerah Kutai Kartanegara (Kukar) dan didaerah lainnya, terutama di Kutai Barat (Kubar) banyak. Untuk produksinya lumayan lah. Diversifikasi pangan ini tidak bisa semerta-merta langsung menjadikan singkong sebagai makanan pokok.

“Singkong bisa jadi makanan selingan, atau jadi subsitusi pelan-pelan, sehingga mengurangi ketergantungan pada beras itu di sisi hilirnya. Mungkin tidak hanya singkong, ubi juga bisa jadi makanan selingan,” katanya.

Sejauh ini, pihak DPTPH Kaltim juga telah rutin menggalakan diversifikasi pangan ini kepada masyarakat luas melalui sosialisasi.

“Selama ini kalau untuk sosialisasi masyarakat ke anak anak sekolah diversifikasi pangan itu kita juga sering adakan lomba-lomba terhadap menyajikan singkong non beras dengan bentuk hampir sama dengan beras dan terigu,” terangnya.

Yana mengatakan jumlah kandungan karbohidrat yang ada pada singkong sendiri sebanding dengan jumlah kalori yang ada pada beras.

“Kandungannya hampir sama karena jumlah kandungan yang masuk dalam tubuh manusia itu 2.100 kalori. Selain itu jagung juga jumlah karbohidrat nya 2.100 kalori,” pungkasnya.

Sebelumnya Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim, Akmal Malik mengatakan, karena produksi beras Kaltim di bawah yang diperlukan dan harganya kini mulai dirasakan mahal oleh masyarakat, maka perlu pangan alternatif pengganti beras, diantaranya singkong.

Produksi beras di Kaltim belum mampu mencapai target sebesar 300 ribu ton sebagaimana dibutuhkan penduduk Kaltim.

“Kita hanya baru terpenuhi 143 ribu, sehingga diperlukan langkah yang tepat seperti perbaikan infrastruktur dan perbaikan irigasi,” ungkap Akmal dalam konferensi pers di rumah jabatan Gubernur Kaltim.

Menurutnya, penyebab naiknya harga beras ini karena jumlah produksi beras mengalami kendala. Dimana, saat memasuki musim kemarau sebagian besar petani mengalami kesulitan dalam sistem pengairannya.

“Karena kalau tidak ada air petani tidak nanam,” terangnya.

Sebagai solusi, Akmal meminta kepada masyarakat untuk dapat mengambil langkah bijak dengan tidak bergantung 100 persen pada beras. Singkong bisa sebagai alternatif.

“Atau mungkin soto Banjar tidak lagi dengan nasi tapi diganti singkong,” katanya.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Intoniswan

Tag: