JAKARTA.NIAGA.ASIA – Optimalisasi sistem resi gudang (SRG) salahsatu instrumen Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) untuk mendukung program prioritas pemerintah Kabinet Merah Putih yang fokus pada swasembada pangan, swasembada energi, dan hilirisas dan tiga program prioritas Kementerian Perdagangan.
“Bappebti berkomitmen mendukung penuh program prioritas pemerintah, salah satunya melalui optimalisasi SRG yang merupakan instrumen Perdagangan Berjangka Komoditas(PBK). SRG bertujuan untuk menjaga pasar atas produk/komoditas yang disimpan di gudang SRG, sehingga dapat memiliki nilai lebih bagi masyarakat baik petani, petambak, nelayan, maupun pekebun,” kata Kepala Bappebti Kasan di Jakarta, 01 November 2024.
Di Kabinet Merah Putih Kementerian Perdagangan telah menetapkan tiga program prioritas yaitu pengamanan pasar dalam negeri, perluasan ekspor, dan mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) BISA (Berani Inovasi, Siap Adaptasi) ekspor.
Saat ini terdapat 22 jenis komoditas yang dapat menggunakan SRG berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2023 yaitu gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, rotan, garam, gambir, teh, kopra, timah, bawang merah, ikan, pala, ayam karkas beku, gula kristal putih, kedelai, tembakau, dan kayu manis.
Kasan menerangkan, pada saat terjadi gejolak penurunan harga komoditas akibat kondisi seperti panen raya, faktor cuaca ekstrim, atau gejolak harga komoditas dunia, pemilik komoditas dapat memanfaatkan gudang SRG untuk penyimpanan.
Semua komoditas yang disimpan pada gudang SRG terjamin kualitasnya karena melalui uji mutu sebelum disimpan. Gudang SRG juga memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga mampu menjaga kualitas komoditas selama masa penyimpanan.
Saat ini terdapat 123 gudang SRG yang dibangun oleh pemerintah melalui program Kementerian Perdagangan dan 144 gudang SRG swasta yang tersebar di seluruh Indonesia.
Melalui mekanisme penyimpanan tersebut, SRG akan mampu menunjang program pemerintah karena mampu mendukung stabilitas harga dan pasokan komoditas serta menjaga inflasi.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan SRG dan Pasar Lelang Komoditas (PLK), Heryono Hadi Preasetyo menjelaskan, terdapat sejumlah komoditas dari gudang SRG yang terbukti mampu menjaga inflasi, seperti gabah, beras, kedelai, bawang merah, ikan, dan gula.
Di samping untuk menjaga stabilitas harga dan inflasi, penguatan SRG juga didorong untuk mendukung peningkatan ekspor nonmigas Indonesia. Dalam beberapatahun terakhir telah berhasil dilakukan ekspor terhadap komoditas yang disimpan di gudang SRG.
Ekspor komoditas melalui SRG menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional. Komoditas yang telah dieksportersebut, antara lain kopi dari SRG Subang dan Aceh, beras organik dari SRG Wonogiri, gabah dari SRG Subang, ikan dari SRG Bali, lada putih dari SRG Bangka, dan rumput laut dari SRG Makassar. Beraneka komoditas tersebut mencerminkan keragaman produk Indonesia yang diminati oleh pasar luar negeri.
Heryono melanjutkan, potensi pengembangan SRG ke depan masih sangat besar terutama untuk dimaksimalkan dalam mendukung ekspor.
“Kita harus pastikan ke depan lebih banyak komoditas yang dapat diekspor dari Gudang SRG karena terjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya,” tegasnya.
Selain itu, jenis komoditas SRG juga masih dapat berkembang. Tahun 2025, SRG dengan PLK akan terus terintegrasi sebagai amanat Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2022 tentang Penataan, Pembinaan, dan Pengembangan Pasar Lelang Komoditas.
Kolaborasi Bappebti dengan swasta, pemerintah daerah, pusat registrasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta lembaga keuangan bank dan nonbank juga masih harus terus dioptimalkan terutama dalam upaya menjaga inflasi.
Sekretaris Bappebti, Olvy Andrianita menambahkan, konsep SRG di Indonesiasudah sangat jelas dan terarah, serta berpihak ke rakyat kecil. Terlebih, SRG didukung dengan regulasi, di antaranya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 tahun 2011, Permendag Nomor 53 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang, dan Permendag Nomor 24 Tahun 2023 tentang Barang dan Persyaratan Barang yang dapat Disimpan dalam SRG.
“Dengan dukungan regulasi, diharapkan implementasi SRG di Indonesia dapat berjalan dengan baik. Salah satu yang harus kita perkuat adalah penguatan literasi kepada masyarakat, baik pemilik komoditas, pelaku usaha, maupun pihak terkait,serta menggandeng pihak swasta dalam penyelenggaraan SRG,” tegas Olvy.
Terkait perkembangan transaksi SRG, pada periode Januari—September 2024, nilai penerbitan resi gudang tercatat mencapai Rp2,35 triliun, meningkat 200 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang mencapai Rp781,12 miliar.
Nilai pembiayaan resi gudangpada periode Januari—September 2024 mencapaiRp1,57 triliun atau naik 191persen dari periode yang sama pada 2023 yang mencapai Rp539,75 miliar.
Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya volume dan nilai komoditas atas komoditas timah, kopi, kedelai, gabah, beras, dan ikan yang disimpan dalam gudang SRG.
Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan | Editor: Intoniswan
Tag: bappebti