Sumbar Kenalkan Miniatur Masjid Termegah di Dunia, Terkesan Keramahan Warga Samarinda

Mobil berhias miniatur Masjid Raya Syekh Muhammad Khatib Al Minangkabawi dari kafilah Sumatera Barat saat ikut serta pawai ta’aruf, Sabtu 7 September 2024. (istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Kafilah provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menarik perhatian masyarakat saat pawai ta’aruf sebagai rangkaian MTQ Nasional (MTQN) XXX di Samarinda, Sabtu 7 September 2024. Mobil hias mereka menampilkan miniatur Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi dan baju adat pengantin Provinsi Sumbar.

Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Provinsi Sumbar, Al Amin mengatakan, Masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi adalah maskid terunik tanpa kubah yang kesohor di Sumatera Barat.

“Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi ini merupakan salah satu masjid kebanggaan Sumatera Barat,” kata Amin di halaman Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gadjah Mada, Sabtu 7 September 2024.

Amin menjelaskan, Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi ini merupakan salah satu masjid termegah di dunia.

“Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi ini merupakan satu dari tujuh masjid termegah di dunia, yang letaknya di Sumatera Barat,” ucapnya.

Pemberian nama masjid tersebut, tentunya bukan tanpa alasan. Amin menceritakan makna filosofi perubahan nama Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, sebelumnya diberi nama Masjid Raya Sumbar ini, karena menghormati salah satu tokoh ulama terkenal asal Minangkabau Sumatera Barat, yang pernah menjadi imam besar di Masjidil Haram Makkah tahun 1892.

“Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi merupakan satu-satunya ulama asal Minangkabau atau Sumatera Barat, yang pernah menjadi Imam Besar di Masjidil Haram, Makkah,” jelasnya.

Selain itu, tema yang diangkat dalam keikutsertaan provinsi Sumbar dalam pawai ta’aruf ini adalah memperkenalkan pakaian adat di Sumbar ke seluruh provinsi di Indonesia.

Para Kafilah dan rombongan Provinsi Sumatera Barat di MTQ XXX Nasional Kaltim 2024 saat berfoto bersama Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

“Pakaian adat yang kita pakai namanya Ana Daro dan Marapulai. Ana Daro istilah pengantin wanita dan Marapulai pengantin lelaki,” sebut Amin.

Selain itu, mereka juga membawa umbul-umbul yang melambangkan tiga luhak utama di Sumbar. Luhak Tanah datar berwarna kuning, Luhak 50 koto berwarna hitam, dan Luhak Agam berwarna merah.

Dalam MTQN XXX ini, Sumbar membawa 100 orang kafilah dan 12 orang pelatih, untuk mengikuti seluruh cabang yang dilombakan.

“Persiapan kita sudah dari 1 tahun lalu. Kemudian kafilah Sumbar mengikuti
Training Center (TC) serta karantina tiga hari di Padang,” sebutnya.

Amin juga mengungkap kesan dia untuk pertama kalinya berkunjung ke kota Samarinda.

“Kemarin kita datang lewat Balikpapan. Samarinda sangat bagus, bersih dan paling menonjol masyarakat ramah-ramah,” katanya.

Terakhir, Amin berharap para kaflah asal Provinsi Sumbar ini dapat membawa pulang penghargaan di MTQN XXX seperti tahun 2022 lalu.

“Kalau pada MTQ Nasional ke XXIX di Kalsel, Sumatera Barat berhasil masuk lima nasional. Kita berharap para kafilah kita dapat bertahan di lima nasional atau naik,” demikian Al Amin.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: