Tanpa Penghentian Kekerasan, Tidak akan Ada Situasi Kondusif di Myanmar

Militer Myanmar kukuh dengan kekuasaannya dan secara sporadis melakukan kekerasan terhadap masyarakat sipil prodemokrasi. Tidak ada perundingan dalam dua tahun terkahir  antara milter dengan pemimpin sipil. (Foto HO/NET)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Mengenai Myanmar, langkah-langkah yang telah dilakukan Indonesia sebagai ketua ASEAN dalam menangani isu Myanmar yaitu menjadikan 5PC, 5-Points Consensus sebagai rujukan utama, menjadikan keputusan para pemimpin ASEAN sebagai dasar bertindak, menjaga nilai-nilai dan prinsip-prinsip Piagam ASEAN, dan siap untuk menjembatani perbedaan.

“Tanpa penghentian kekerasan, tidak akan ada situasi kondusif di Myanmar,” ungkap Menlu RI, Retno Marsudi dalam press briefing menjelang pelaksanaan pertemuan ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference (AMM/PMC) akan dilaksanakan di Jakarta, 11-14 Juli 2023, diikuti oleh 29 negara, plus ASEAN Secretariat, plus Uni Eropa.

Ada tiga hal utama yang disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, terkait Myanmar.  Pertama, mengenai engagement (perundingan) . Engagements dengan semua pihak adalah kunci dalam mengimplementasikan 5PC.

“Dalam waktu hampir 7 bulan, Indonesia telah melakukan engagements yang sangat intensif dan secara inklusif saya ulangi sangat intensif dan secara inklusif,” kata Retno.

110 engagements telah dilakukan, baik berupa pertemuan in person, virtual, maupun melalui percakapan per telepon, termasuk engagements saya secara in person baik dengan Menlu NUG maupun Menlu SAC dalam beberapa kali. Dan engagement kantor special envoy baik dengan Ethnic Resistance Organizations (EROs), wakil-wakil partai politik, dan CSO serta pihak- pihak lain di Myanmar.

Menurut Retno, engagements yang intensif dan inklusif penting untuk dilakukan dan menjadi kunci untuk membangun trust, mendengarkan posisi masing-masing pihak, mencoba membangun jembatan untuk mempersempit perbedaan, mendorong de-eskalasi kekerasan dan renouncing the use of force, mendorong dialog inklusif, dan mengajak semua pihak untuk membantu dan mendukung pemberian bantuan kemanusian dengan prinsip no-one left behind.

“Engagements bukan merupakan tujuan namun merupakan alat untuk mencapai tujuan yaitu dialog inklusif untuk mencapai perdamaian yang durable. Oleh karena itu engagements ini merupakan building block yang pertama,” kata Retno.

Saat ini, sudah waktunya building block kedua mulai dibangun yaitu mendorong dialog di antara para pihak menuju dialog inklusif nasional.

“Oleh karena itu, dalam pertemuan saya, baik dengan Menlu NUG dan Menlu SAC, saya telah sampaikan pentingnya dialog inklusif. Dialog inklusif merupakan satu-satunya way forward. Dialog inklusif merupakan satu-satunya way forward jika para pihak menginginkan perdamaian yang durable di Myanmar,” paparnya.

“Semua pihak luar harus mendorong dilakukannya dialog inklusif di Myanmar.”

Masih terkait dengan engagements, kata Retno, selain dengan para pihak di Myanmar, Indonesia juga melakukan engagements dengan negara- negara tetangga Myanmar, dan key players lainnya.

Bantuan kemanusian

Dengan pesan utama agar mereka mendukung implementasi 5 Points Consensus. Keduamengenai bantuan kemanusiaan. Jadi yang pertama mengenai engagement, kedua mengenai bantuan kemanusiaan.

Terdapat langkah maju untuk bantuan kemanusiaan. Akses kepada stakeholders diberikan kepada AHA Centre. AHA Centre telah berhasil selesaikan Joint Needs Assessment. AHA Centre sudah melakukan delivery tahap awal pada Mei 2023.

Saat ini AHA Centre sedang mempersiapkan penyaluran bantuan kepada 400 rumah tangga atau sekitar 1.450 orang IDPs (internally displaced persons). Wilayah Sagaing dan Magway akan jadi salah satu prioritas selanjutnya.

Selain itu, AHA Centre juga telah bertindak cepat membantu korban Mokha Cyclon senilai USD 1.6juta.  Secara bilateral Indonesia telah menyampaikan bantuannya pada 26 Juni 2023 sebanyak 45 ton dengan nilai lebih dari USD0,5 juta berupa makanan siap saji, terpal, tenda, peralatan pertukangan, generator, selimut, serta air minum yang diperlukan para korban siklon Mocha, khususnya di wilayah Rakhine State, Myanmar.

Dalam berbagai komunikasi, Indonesia juga mendengar adanya informasi adanya kebutuhan vaksin terutama untuk anak-anak. Indonesia tengah meminta data mengenai kebutuhan vaksin dan siap untuk berkontribusi.

Semua pihak harus berkomitmen untuk membantu penyaluran bantuan kemanusiaan dengan prinsip no one left behind dan tidak mempolitisir bantuan kemanusiaan. Kepentingan masyarakat harus menjadi prioritas semua pihak.

Ketiga, mengenai tindakan kekerasan. Menurut Menlu, ASEAN masih sangat prihatin dengan masih meningkatnya penggunaan kekerasan di Myanmar yang mengakibatkan korban sipil dan hancurnya fasilitas umum. Hal ini harus segera, saya ulangi, harus segera dihentikan.

Di semua engagements yang dilakukan Indonesia dengan semua pihak di Myanmar, dorongan untuk menghentikan tindakan kekerasan ini terus disampaikan dan menjadi prioritas.

Tanpa penghentian kekerasan, tidak akan ada situasi kondusif. Tanpa situasi kondusif, maka tidak mungkin dapat dilakukan dialog yang inklusif. Tanpa dialog yang inklusif, maka tidak akan ada penyelesaian damai yang diterima semua pihak dan tidak akan ada perdamaian yang durable di Myanmar.

Saya ingin ulangi bahwa sebuah konflik hanya dapat diselesaikan jika para pihak memiliki semangat dan komitmen sungguh-sungguh untuk mewujudkan perdamaian.

Perdamaian yang durable tidak akan dapat dicapai jika pendekatan yang diambil adalah zero-sum.

“Mari kita terus dorong semangat dialog dan damai para pihak di Myanmar,” ajak Retno.

Isu mengenai Myanmar ini tentunya akan dibahas kembali dalam pertemuan Retreat para Menlu ASEAN.   AMM/PMC adalah bagian penting dari mekanisme ASEAN untuk menjadikan ASEAN matters dan menjadikan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: