Tantangan dan Peluang Ekspor Batubara Kaltim dalam Era Perubahan Global

Batubara yang keluar dari Kaltim campuran antara yang legal dan ilegal. Batubara ilegal dibungkus dengan dokumen dari perusahaan legal. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai salah satu provinsi di Indonesia telah menjelma menjadi pusat penting dalam dunia ekonomi, terutama berkat kontribusi besar dari sektor ekspor batubara. Dinamika pasar ekspor batubara di Kaltim menjadi cermin dari perubahan global yang terus berkembang, memunculkan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian provinsi ini.

Dalam era perubahan global yang cepat, analisis mendalam terhadap dinamika pasar ekspor batu bara di Kaltim tidak hanya relevan tetapi juga krusial dalam merencanakan langkah-langkah ke depan.

“Pasar ekspor batubara Kaltim menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya fluktuasi harga yang signifikan di tingkat global,” papar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Dr. Yusniar Juliana, S.ST, MIDEC, dalam laporan BPS bertajuk “Analisis Isu Terkini Provinsi Kalimantan Timur 2023.”

Sebagai sumber daya alam utama provinsi ini, batubara memiliki peran sentral dalam pendapatan ekspor dan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Namun, perubahan dalam tata kelola energi global, regulasi internasional terkait emisi karbon, dan dinamika geopolitik mempengaruhi secara langsung dinamika pasar tersebut.

Di sisi lain, kata Yusniar, ada peluang besar untuk memanfaatkan potensi diversifikasi ekonomi, peningkatan nilai tambah, dan upaya berkelanjutan dalam menghadapi era transisi energi global.

Dalam konteks ini, pembahasan mendalam terkait dinamika pasar ekspor batubara Kaltim akan memberikan wawasan yang lebih jelas tentang bagaimana provinsi ini merespons dan beradaptasi terhadap perubahan global.

Dengan memahami tantangan dan peluang yang ada, Kaltim dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat ketahanan ekonomi, mengurangi risiko, dan menggali potensi baru dalam mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Pada tahun 2018 tercatat bahwa permintaan batu bara global melandai. Beberapa pemerintah mengumumkan rencana untuk menghentikan penggunaan batubara, investasi global dalam pembangkit listrik batu bara menyusut, dan investasi di tambang batubara baru pun stagnan.

Pembekuan sumber daya keuangan untuk proyek batubara mungkin telah menandai awal penurunan struktural permintaan dan pasokan batu bara. Namun, permintaan batu bara global kembali mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022.

“Pertanyaan kunci adalah kapan penurunan struktural permintaan batu bara akan dimulai dan seberapa tajam penurunannya,” ujar Yusniar.

Permintaan batu bara global mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022, didorong oleh perimintaan China dan India. Meskipun demikian, ini bukanlah kebangkitan batubara yang berkelanjutan.

Tahun 2023, permintaan batubara di Eropa sedang runtuh. Permintaan batubara AS terus mengalami penurunan struktural. Bahkan di China, di mana izin pembangunan pembangkit listrik batubara mengalami peningkatan, permintaan batu bara dapat mengalami penurunan segera pada tahun 2024.

Permintaan India kemungkinan akan terus tumbuh selama dekade ini. Sebagai produsen batu bara, ekspor batu bara Indonesia dari tahun 2018 hingga 2022 mencerminkan variasi yang signifikan dalam tren ekspor.

Dikatakan Yusniar, ekspor batubara Indonesia secara keseluruhan menunjukkan fluktuasi yang mencolok, mulai dari tingkat tinggi pada tahun 2018, penurunan tajam pada tahun 2019, yaitu dari 356,39 Ribu Ton menjadi 286,94 Ribu Ton, kemudian angka ini kembali naik pada tahun 2020 menjadi 331,94 Ribu Ton.

Tahun 2021 angka ini kembali turun hingga 322,07 Ribu Ton sebelum meningkat tajam pada di tahun 2022 hingga 367,94 Ribu Ton. Seperti disebutkan sebelumnya, penurunan pada 2019 terkait dengan penurunan permintaan global.

Pemulihan pada 2020 dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi global setelah penurunan tajam sebelumnya. Penurunan pada 2021 dampak pandemi COVID-19 terhadap permintaan energi global, sementara kenaikan signifikan pada 2022 mencerminkan pemulihan ekonomi yang lebih lanjut atau peningkatan permintaan batubara.

Di sisi lain, ekspor batubara Kaltim, salah satu produsen terbesar di Indonesia, menunjukkan kenaikan pada tahun 2019, diikuti oleh penurunan pada tahun 2020 akbiant pandemi Covid–19.

Permintaan batubara Kaltim kembali meningkat hingga 235,93 pada 2021 seiring dengan lonjakan permintaan dari China dan India yang memerlukan pasukan batubara untuk energi listrik serta adanya krisis energi dunia terutama di Eropa. Namun pada tahun 2022, permintaan terhadap batu bara tersebut mulai menurun.

Berdasarkan wilayah tujuan ekspor batubara Kaltim pada tahun 2022, Kawasan Asia masih merupakan pasar terbesar bagi komoditas Kaltim yaitu mencapai 76,19 persen dari total ekspor batu bara.

“Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 77,70 persen,” terang Yusniar.

Adapun lima negara yang menjadi tujuan importir batubara Kaltim terbesar adalah adalah China, India, Jepang Filipina, dan Malaysia Pada tahun 2022, secara volume ekspor Kaltim ke China, Filipina, Malaysia, dan Pilipina mengalami penurunan kecuali ke India dan Jepang.

Pada tahun 2021, ekpor batu bara kaltim ke China mencapai 95,49 juta ton. Angka ini menurun hampir 25 persen pada tahun 2022, yaitu pada kisaran 71,84 juta ton. Sementara itu ekspor batu bara kaltim ke Malaysia, dan Philipina masing-masing turun 14,44 persen dan 7,01 persen.

“Sebaliknya ekspor batu bara ke India dan Jepang mengalami kenaikan 28,10 persen dan 14,62 persen,” tutupnya.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: