SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Penyelenggara panggung seni Pesta Rakyat Kaltim (PRK) HUT Kaltim ke 66 di parkir GOR Kadrie Oening Sempaja, Samarinda, patut diacungi jempol.
Sejumlah sajian materi kesenian yang selama ini dianggap tidak menarik minat penonton di panggung-panggung hiburan terbuka, sejak 9 Januari hingga ditutup Wagub Kaltim Hadi Mulyadi, Sabtu malam tadi (14/1), ternyata malah mendatangkan penonton yang cukup banyak dan memberikan aplaus yang meriah kepada setiap kelompok kesenian yang tampil.
Tercatat, sejak Senin malam lalu (9/1) hingga Sabtu malam (14/1) ditampilkan kesenian tari dan musik kreasi tradisi, band, baca puisi dan musikalisasi puisi.
Tampilan tarian dan musik kreasi daerah berakar dari tiga pilar budaya Kaltim. Pilar budaya pedalaman, keraton dan pesisir. Bahkan untuk tari ‘Cahaya Biru di Kutai Lama’ dari TBK menyelipkan tari klasik dari Keraton Kutai Kartanegara, tari ‘Topeng’.
Sedangkan untuk musikalisasi puisi, panitia mendapuk Teater Matahari untuk membawakan puisi ‘Perempuanku’ dan ‘Pahlawan Tak Dikenal’. Teatet Matahari baru lalu menjadi juara I Festival Musikalisasi Puisi Balikpapan Manuntung Art Fest.
Sebagai ucapan HUT Kaltim yang ke 66 tahun, Wawan Timor dkk menyajikan puisi ‘Enam Puluh Enam’ dalam bentuk dramatisasi puisi. Puisi ini menggambarkan tentang Kaltim yang sudah berumur namun banyak hal yang harus diselesaikan dalam kerangka jargon ‘berdaulat’
Sebagai sajian pemuas dahaga penggemar musik reagae, ditampilkan band ‘Not Kacang’ yang ternyata digemari masyarakat Samarinda.
Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim
Tag: HUT Kaltim