Tingkat Kemiskinan, TPT dan Indeks Gini Ratio Kaltim Lebih Baik dari Nasional

Pembangunan rumah layak huni bagi penduduk miskin dalam lima tahun terakhir oleh Gubernur Kaltim, Dr.Isran Noor mampu mengurangi prosentase penduduk dalam status miskin di Kaltim. (Foto Diskominfo Kaltim)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Tingkat kemiskinan Kaltim (Maret 2022) lebih baik dari Nasional dan terendah setelah Kalsel dan Kalteng.  Jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota, masih terdapat kabupaten/kota dengan kemiskinan tertinggi di Kaltim, yaitu Mahakam Ulu (Mahulu) mencapai 11,55%.

“Sebagai daerah baru dan memiliki wilayah yang sulit diakses, menjadi salah satu penyebab tingginya angka kemiskinan Mahakam Ulu,” ungkap Kepala Bappeda Provinsi Kaltim, Yusliando dalam paparannya di Musrenbang RKPD Kaltim Tahun 2024, Senin (17/4/2023).

Permasalahan lain yang dihadapi Mahulu, kata Yusliando, adalah belum maksimalnya penjangkauan dan pemerataan program pengentasan kemiskinan yang masih terpusat pada wilayah perkotaan.

“Situasi ini dimungkinkan faktor aksesibilitas akibat kondisi geografis yang relatif sulit dan pemenuhan fasilitas penunjang lainnya, tidak terkecuali jarak dengan pusat pemerintahan dan perekonomian,” ujarnya.

Sumber: Bappeda Kaltim.

Kemudian, pada tahun 2022, Tingkat Pengangguran Terbuka-TPT (Agustus 2022) mengalami penurunan lebih baik dari capaian nasional, namun capaian ini masih menjadi yang tertinggi diantara provinsi lainnya di regional Kalimantan.

Terdapat 4 kabupaten/kota yang TPT-nya masih diatas rata-rata Kaltim, yaitu Bontang, Balikpapan, Samarinda dan Kutim.

.”Permasalahan yang masih dihadapi antara lain Rasio antara lapangan kerja dan pencari kerja masih tidak berimbang serta kompetensi atau skill yang dimiliki pencari kerja tidak sesuai dengan standar kebutuhan dunia kerja,” demikian Yusliando.

Sumber: Bappeda Kaltim.

Indeks Gini Kaltim (Maret 2022) juga  lebih baik dari Nasional, menjadi 0,334, namun tertinggi dibandingkan dengan provinsi di regional Kalimantan lainnya. Terdapat 2 kabupaten/kota yang indeks gini-nya masih diatas rata-rata Kaltim, yaitu Berau dan Samarinda.

Cukup tingginya ketimpangan pendapatan masyarakat Kaltim dikarenakan terbatasnya konektivitas dan sulitnya aksesibilitas yang menjangkau seluruh wilayah Kaltim, khususnya daerah terpelosok dan terdalam.

“Jika aksesibilitas dan konektivitas sudah baik, maka distribusi alur barang dan jasa akan lebih lancar, perekonomian masyarakat dapat bergerak secara lebih efisien dan produktif, yang pada akhirnya diharapkan dapat mendorong kelompok berpendapatan rendah untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya,” pungkasnya.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim

Tag: