Turki Bisa Menjadi Sumber Suplai Alutsista Indonesia

ANKARA.NIAGA.ASIA – Turki bisa menjadi salah satu sumber non tradisional untuk suplai alutsista (alat utama sistem senjata) di Indonesia karena teknologinya. Turki adalah kekuatan terbesar kedua setelah Amerika Serikat di NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara).

Demikian salah satu catatan penting Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, pembicara pada Kompas Talks : Silaturrahmi Virtual Diaspora Jelang Tahun Baru 2023 (29/12). Selain Dubes Iqbal, hadir pula Dubes RI untuk Australia, Siswo Pramono, Kepala ITPC Sydney, Cristophorus Barutu dan Kepala Sekolah Ekspor, Handita Joewono.

Di kancah internasional, Turki memanfaatkan posisi ‘netral’ nya untuk lebih asertif dan menonjolkan perannya.

“Turki begitu lihai mengambil keuntungan dari krisis yang terjadi”, cetus Iqbal, sambil merujuk merujuk kepada peran Turki dalam perang Rusia dan Ukraina yang diterima oleh kedua belah pihak.

“Indonesia dapat belajar dari Turki untuk memanfaatkan situasi dengan tetap menjunjung sikap nonblok. Negeri ini masih tergolong berkembang, namun konsistensi itulah yang dapat menguntungkan Indonesia”, lanjutnya.

Lebih lanjut, Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, perlu memanfaatkan label halal untuk merengkuh pasar halal global. Salah satu kerjasama sertifikasi halal telah disepakati dengan lembaga Turki.

Menurut Iqbal, sistem sertifikasi halal Indonesia perlu diperbaiki. Sabagai contoh, dalam industri makanan biasanya FDA, lembaga pengawas obat dan makanan AS dan Konsher menjadi referensi utama sertifikasi. Kedua lembaga ini menjadi pengendali sertifikasi halal dunia.

Dari segi perdagangan, selama 10 bulan pertama 2022, transaksi perdagangan Indonesia-Turki sudah melampaui nilai total perdagangan tahun sebelumnya. Angka itu sekaligus menjadi rekor tertinggi ke angka 2,6 miliar dolar AS dengan kenaikan ekspor 56,7%. Peningkatan impor menyusut jadi 13,9%, lebih rendag dari 2021 yang menyentuh 46,4%.

Di sektor pariwisata, kedatangan wisatawan Indonesia ke Turki lebih tinggi dibanding sebaliknya. Negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan ini termasuk negara pertama yang membuka perbatasan ketika tetangga-tetangganya masih menutup diri.

Sumber: KBRI Ankara | Editor: Intoniswan

Tag: