Umur Harapan Hidup Penduduk Bontang Meningkat, Tahun 2022 jadi 74,57 Tahun

Ilustrasi ibu dan bayi (Foto Kementerian Kesehatan)

BONTANG.NIAGA.ASIA – Umur harapan hidup (UHH) saat lahir penduduk Bontang meningkat dari tahun ke tahun, dari 73,68 tahun pada 2014 menjadi 74,57 tahun pada tahun 2022.

“Arinya pada tahun 2022, secara rata-rata bayi yang baru lahir di tahun ini memiliki peluang untuk bertahan hidup sampai dengan 74 hingga 75 tahun,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bontang,  Widiyantono, S.S.T., M.Stat dalam laporan BPS Bontang “Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bontang 2022” yang diterbitkan Desember 2022.

Menurut Widi, UHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Meskipun terdapat tren UHH yang meningkat, namun Pemerintah Kota Bontang masih perlu memertahankan dan lebih
membenahi fasilitas-fasilitas dan pelayanan kesehatan di Kota Bontang.

UHH Kota Bontang jika dibandingkan dengan UHH kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Timur (Kaltim) menduduki peringkat kedua setelah Kota Balikpapan yaitu sebesar 74,55 tahun pada 2021 dan 74,57 pada 2022. Meskipun begitu, UHH Kota Bontang masih di  bawah UHH Provinsi Kaltim.

“UHH wilayah kota lebih tinggi dibandingkan kabupaten. Hal ini kemudian dapat dikaitkan dengan adanya akses kesehatan yang cenderung lebih mudah pada wilayah kota,” katanya.

Angka Kesakitan

Pada bagian lain Widi menerangkan, angka kesakitan Kota Bontang tercatat sebesar 10,43 di mana artinya rata-rata dalam sebulan terdapat 10 sampai 11 penduduk dari 100 penduduk yang mengalami keluhan  kesehatan dan terganggunya aktivitas sehari-hari.

“Adapun rata-rata lama sakit penduduk Kota Bontang dalam setahun sebesar 5,12 hari atau berkisar 5 sampai 6 hari,” ungkapnya.

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki memiliki angka kesakitan yang lebih kecil dibandingkan dengan penduduk perempuan yaitu sebesar 10,31. Artinya sekitar 10 sampai 11 penduduk dari 100 penduduk laki-laki mengalami keluhan kesehatan yang mengakibatkan
terganggunya aktivitas sehari-hari.

Sedangkan pada penduduk perempuan sebesar 10,57 atau sekitar 10 sampai 11 penduduk dari 100 penduduk perempuan mengalami keluhan kesehatan yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari.

Untuk rata-rata lama sakit dalam setahun, penduduk laki- laki memiliki rata-rata lama sakit yang lebih lama yaitu 6,57 hari, sedangkan pada penduduk perempuan 3,84 hari. (Susenas Maret 2022, di olah).

Kemudian, BPS Bontang juga mencatat, di antara penduduk yang mengalami gangguan kesehatan terdapat  43,39 persen penduduk yang melakukan berobat jalan pada tahun 2021 dan
90,34 persen pada tahun 2021.

“Lebih rendahnya persentase penduduk yang berobat jalan pada tahun 2021 dapat disebabkan oleh ketakutan dan kehati- hatian dalam berobat di masa COVID-19,” ucap Widi.

Ia menambahkan, hal ini mengingat angka tahun 2022 dihasilkan dari Susenas 2022 yang pelaksanaannya Maret 2022 yang  merupakan masa pemulihan dari pandemi COVID-19 di Indonesia, sehingga angka tahun 2022 merupakan angka normal masyarakat berobat jalan sama seperti sebelum munculnya COVID-19.

Hal ini diperkuat oleh tidak ditemukannya lagi penduduk yang mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2022 namun tidak melakukan rawat jalan karena khawatir terpapar Covid-19 dan fasilitas kesehatan tidak beroperasi akibat Covid-19.

Sementara apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, perilaku berobat jalan antara laki-laki dan perempuan tidak cukup berbeda secara signifikan. Pada tahun 2021, persentase penduduk laki-laki yang berobat jalan lebih sedikit daripada perempuan.

Namun pada tahun 2022, persentase penduduk laki-laki yang berobat jalan sedikit lebih banyak daripada penduduk perempuan. Penduduk yang tidak melakukan berobat jalan sebagian besar alasannya adalah sudah mengobati sendiri sebesar 80,94 persen.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Advetorial

Tag: