UNESCO Tetapkan Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne sebagai Cagar Biosfer

Landskap Cagar Biosfer Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne. (Foto Istimewa)

Cagar Biosfer Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne  resmi ditetapkan sebagai cagar biosfer baru, dalam Sidang ke-35 International Coordinating Council (ICC) Man of Biosphere (MAB) Programme UNESCO, di Paris, Prancis, pada 12 hingga 15 Juni 2023.

Bantimurung Bulusaraung – Ma’Rupanne. Berlokasi di Sulawesi Selatan, biosfer Bantimurung Bulusaraung – Ma’Rupanne terdiri dari tiga lanskap utama: Bantimurung, Bulusaraung dan Maros Pangkep; yang terakhir merupakan karst terbesar kedua di dunia.

“Nominasi Cagar Biosfer Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne telah disetujui penetapannya sebagai cagar biosfer baru, dan menjadi bagian dari jaringan cagar biosfer dunia (World Network of Biosphere Reserve/WNBR),” ungkap Professor Riset Bidang Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Purwanto dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/6).

Sidang ini menyetujui 11 cagar biosfer baru. Dengan demikian, total cagar biosfer di dalam WNBR tahun 2023 berjumlah 748 cagar biosfer yang tersebar di 134 negara. 23 cagar biosfer diantaranya merupakan Cagar Biosfer Transboundary.

Selain itu, periodic review terhadap tiga cagar biosfer Indonesia, yaitu Cagar Biosfer Cibodas, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, dan Cagar Biosfer Wakatobi juga diterima oleh ICC MAB.

“Periodic review terhadap ketiga cagar biosfer tersebut telah disetujui dan sesuai dengan Kerangka Hukum Jaringan Cagar Biosfer Dunia atau ‘meets’ with Statutory Framework of World Network of Biosphere Reserve” jelas Purwanto yang juga Ketua Komite Nasional MAB UNESCO Indonesia sampai Mei 2023 ini.

Pada sidang tersebut, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Purwanto dan Direktur Kebijakan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran BRIN Muhammad Abdul Kholiq menyampaikan laporan nasional (country report), khususnya implementasi Lima Action Plan (LAP), yang diawali dengan laporan kegiatan pengembangan cagar biosfer Indonesia sebagai wahana pembangunan berkelanjutan tahun 2022-2023.

Sidang ke-35 International Coordinating Council (ICC) Man of Biosphere (MAB) Programme UNESCO, di Paris, Prancis, pada 12 hingga 15 Juni 2023 menetapkan Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne sebagai cagar biosfer. (Foto BRIN)

“Indonesia menegaskan kembali komitmennya terhadap program MAB dan siap berkolaborasi dengan semua pihak dalam melestarikan keanekaragaman hayati, mendorong penggunaan sumber daya alam, dan jasa ekosistem secara berkelanjutan,” ungkap Purwanto.

Dalam menghadapi beberapa tantangan, seperti degradasi ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati, lanjut dia, diperlukan beberapa langkah strategis. Pertama, pengembangan cagar biosfer sebagai sarana pembangunan berkelanjutan, dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan ekologi yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.

Kedua, penguatan komunikasi, kolaborasi dan jejaring antar pihak, serta kerja sama dalam skala regional.

Ketiga, membangun skema pembiayaan berkelanjutan, melalui penguatan aspek hukum sebagai dasar penganggaran pemerintah, skema insentif konservasi, kerja sama dan lembaga donor. Dan keempat, meningkatkan komunikasi dan informasi.

“Indonesia terus berkomitmen mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan cagar biosfer, antara lain melalui pengusulan satu cagar biosfer pada 2023, yaitu Raja Ampat. Juga periodic review beberapa cagar biosfer, yaitu Cagar Biosfer Gunung Leuser, Sumatera Utara dan DI Aceh; Cagar Biosfer Pulau Siberut, Sumatera Barat; Cagar Biosfer Lore Lindu, Sulawesi Tengah; dan Cagar Biosfer Tanjung Puting, Kalimantan Tengah,” beber Purwanto.

Sumber: Siaran Pers BRIN | Editor: Intoniswan

Tag: