14 Murid Yatim-Dhuafa di Samarinda Terima Bantuan Pendidikan, Cerita Nisa Menginspirasi

Murid SD penerima bantuan pendidikan berfoto bersama PT Paragon Techonology and Innovation, guru dan Rumah Zakat Samarinda, usai penyerahan bantuan pendidikan, Jumat 16 Februari 2024 (HO-Rumah Zakat Samarinda)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Nurhayati Subakat dari PT Paragon Techonology and Innovation, bersama Rumah Zakat Samarinda, menyalurkan bantuan pendidikan kepada 14 anak yatim/piatu/dhuafa, Jumat 16 Februari 2024.

Penyaluran bantuan itu bekerja sama sejumlah sekolah seperti SDN 027, SDN 021 dan SDN 004, di kecamatan Samarinda Utara, dan berlangsung di Perpustakaan Kota, Jalan Kesuma Bangsa.

Dalam kesempatan itu juga hadir Muklis, sebagai perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, serta Branch Manager Rumah Zakat Samarinda, Mega Folandiana.

“Bantuan yang diberikan berupa uang tunai, yang diharapkan dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak penerima manfaat,” kata Mega Folandiana, dikutip niaga.asia melalui keterangan tertulis, Selasa 20 Februari 2024.

Mega menerangkan, dalam sambutannya, Muklis sangat bangga dengan anak-anak generasi penerus bangsa, yang terus memiliki semangat tinggi menuntut ilmu. Meski dengan keterbatasan ekonomi, hal itu bukan menjadi penghalang anak-anak untuk mengejar kesuksesan.

“Pak Mukhlis juga berterima kasih kepada orangtua yang sudah mengizinkan anak-anaknya tumbuh dengan baik dan selalu berusaha bisa menyekolahkan anak-anak mereka,” ujar Mega Folandiana.

“Dan tidak lupa juga beliau berterimakasih kepada donatur dan Rumah Zakat, yang telah membantu Dinas Pendidikan dalam peduli anak-anak kurang mampu, karena mereka sadar bahwa saat ini masih berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak, khususnya di daerah Samarinda,” Mega Folandiana menambahkan.

Rahmi, salah satu guru pendamping juga bersyukur sekaligus berterima kasih, atas bantuan yang diberikan kepada murid-muridnya. Bantuan itu menurutnya sedikit banyak akan membantu kebutuhan murid yang memang belum terpenuhi. Misalnya untuk membeli seragam, sepatu dan perlengkapan sekolah lainnya.

Sementara itu, Aulia Ijatunnisa, 10 tahun, salah seorang murid Kelas IV SD bercerita, sehari-hari yang berjuang untuk mencari nafkah adalah ibunya, yang bekerja sebagai kurir. Kisah itu menginspirasi, bahwa keterbatasan ekonomi bukan halangan bagi Nisa untuk meraih mimpi dan cita-citanya.

“Karena kedua orang tuanya sudah berpisah sedari Nisa berumur 1 bulan. Tetapi dengan semangat yang tinggi dan dukungan Ibunya, Nisa tetap semangat bersekolah dan mengaji,” demikian Mega Folandiana.

Sumber : Rumah Zakat Samarinda | Editor : Saud Rosadi

Tag: