Rudy Mas’ud: BBM di Balikpapan Tidak Kosong, Cuma Soal Keterlambatan

Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Kota Balikpapan yang dikenal sebagai kota minyak, ternyata masih impor bahan bakar minyak (BBM) gasolin atau bensin dari luar daerah.

Pernyataan itu disampaikan Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud, merespons soal antrean panjang kendaraan yang ingin mengisi Pertamax di beberapa SPBU di kota Balikpapan, karena kekosongan BBM non subsidi pekan lalu.

Kejadian itu mencuatkan pertanyaan masyarakat, kaitan penyebab kekosongan Pertamax di SPBU, yang nota bene Balikpapan adalah kota minyak.

Merespons itu, Rudy menjelaskan, memang untuk saat ini bahan bakar jenis gasolin atau berjenis bensin yakni Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo masih impor dari luar daerah.

“BBM jenis solar memang sudah tidak impor lagi. Tapi perlu dipahami bahwa seluruh Indonesia untuk gasolin yaitu Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo itu impor untuk memenuhi kebutuhan kita, termasuk Balikpapan sendiri,” kata Rudy, ditemui wartawan di Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda, Senin 26 Mei 2025.

Diketahui untuk Indonesia sendiri masih mendatangkan BBM jenis gasolin dari Singapura. Hingga tahun 2021, Singapura menjadi negara utama yang mengimpor minyak mentah dan hasil minyak ke Indonesia.

Kemudian, pemicu lain yang mengakibatkan kota Balikpapan kesulitan Pertamax beberapa waktu lalu, karena kualitas BBM yang diterima Pertamina tidak sesuai spesifikasi atau off spec.

“Balikpapan saat kargo (memuat BBM) itu sudah masuk, hanya saja kualitasnya off spec, jadi butuh waktu untuk on spec (sesuai spesifikasi), di mana butuh Quality and Quantity (QQ) kontrol (kontrol kualitas dan kuantitas). Kalau tidak sesuai, tidak bisa didistribusikan. Itu yang membuat terlambat di Balikpapan,” terang Rudy.

Jadi untuk mengatasi permasalahan BBM yang tidak sesuai spesifikasi itu, Pertamina kembali meminta pasokan minyak dari Kota Baru dan Banjarmasin di Kalimantan Selatan, untuk dikirim ke Balikpapan, guna memenuhi permintaan masyarakat.

Namun ternyata minyak yang dikirim dari kota Baru dan Banjarmasin menggunakan kapal tanker itu, juga mengalami keterlambatan untuk sampai di Balikpapan.

“Waktu pengapalan yang dibutuhkan paling cepat 24 jam dari kota Baru sampai ke Balikpapan dan didistribusikan ke tangkinya Pertamina. Jadi hanya keterlambatan saja, bukan tidak ada bahan bakarnya. Ada (bahan bakar) tapi off spec, maka diganti dulu (menjadi on spec),” jelas Rudy.

Setelah kapal tanker pembawa minyak itu sampai di Balikpapan, selanjutnya dilakukan bongkar muat serta pengolahan menjadi berbagai jenis BBM yakni Pertamax, Pertalite dan lainnya, hingga kemudian didistribusikan ke masing-masing SPBU.

“Setelah didistribusikan ke tangki Pertamina Balikpapan, baru didistribusikan ke SPBU. Tapi sekarang Balikpapan sudah aman,” demikian Rudy Mas’ud.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim

Tag: