Sangat Terancam Punah, Ini Kondisi Terkini Satwa Primata Orangutan di Kalimantan

Ax
Pelepasliaran 6 Orangutan di Kalimantan Tengah (foto : Yayasan BOS)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Siapa yang tak kenal dengan orangutan, salah satu primata dari jenis kera, yang hanya ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Kera yang memiliki nama latin Pongo Pygmaeus untuk Orangutan Kalimantan dan Pongo Abeii untuk Orangutan Sumatra ini, merupakan salah satu hewan endemik kebanggaan Indonesia. Bahkan satu-satunya anggota keluarga kera besar yang ditemukan di Asia.

Semua anggota keluarga kera besar lainnya berada di Afrika. Tidak sedikit peneliti dan wisatawan luar negeri yang berkunjung ke Indonesia, hanya untuk dapat melihat habitat orangutan secara langsung.

Namun sayangnya, saat ini populasi orangutan berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Dari daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature), organisasi internasional yang mendedikasikan dirinya untuk konservasi sumber daya alam menyebut, orangutan di Indonesia telah dikategorikan ke dalam spesies sangat terancam punah (Critically Endangered Species).

Berdasarkan temuan sekelompok peneliti yang diketuai oleh Maria Voigt dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jerman, tercatat jumlah orangutan Kalimantan telah mengalami penurunan 25-30 persen dalam periode tahun 2005-2015. Penyebab kepunahannya antara lain pembukaan lahan, pertambangan, penebangan pohon hingga perburuan liar.

Lahan yang terus berkurang, menyebabkan orangutan terhimpit di dalam habitatnya sendiri. Akibatnya, mereka mulai turun ke pemukiman dan terkadang menyebabkan konflik dengan manusia. Bahkan sebagian pihak menganggap orangutan merupakan hama yang mengganggu.

Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang masih menyimpan habitat asli Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus). Akan tetapi luas hutan tempat tinggal orangutan in juga semakin berkurang. Pertambangan, perkebunan dan penebangan ilegal masih beroperasi di wilayah ini. Tidak sedikit juga perambahan hutan, dilakukan dengan cara pembakaran.

Hal itu menyebabkan orangutan kehilangan tempat tinggal. Meski begitu, pemerintah telah berusaha untuk terus menjaga kelestarian hidup spesies orangutan yang hidup di beberapa cagar alam maupun taman nasional, yang ada di Provinsi Kalimantan Timur.

Selain berhabitat di kawasan taman nasional, orangutan juga ditemukan di kawasan konservasi yang dikelola oleh pihak swasta. Salah satunya adalah kawasan konservasi yang dikelola oleh PT Multi Kusuma Cemerlang (MKC), di Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur.

Yaya Rayadin, peneliti dari Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman mengatakan, cukup sulit jika konservasi Orangutan cuma berbasis kesadaran. Dimana, beberapa pihak masih belum sadar akan bahaya kepunahan akibat tindakan yang mereka lakukan.

Menurutnya, selain menjaga stabilitas perusahaan, konservasi juga harus mempertimbangkan manfaat baik bagi kelestarian Orangutan. Dia berharap semua pihak wajib ikut terlibat dalam konservasi skala lapangan.

“Mungkin tidak sampai 10 persen perusahaan yang komit terhadap konservasi orangutan di Kaltim,” kata Yaya, dalam penjelasan tertulisnya.

Orangutan sejatinya merupakan hewan dengan daya jelajah tinggi. Orangutan jantan sanggup mencari makanan dalam daerah jelajah hingga 300-1.500 ha. Sebenarnya, peran orangutan terhadap keberlangsungan hutan sangatlah krusial. Setiap kali orangutan membuang biji-bijian sisa makanannya, maka akan muncul benih tumbuhan baru di hutan. Selain itu, sarang yang dibangun oleh orangutan dapat memberi celah-celah cahaya agar matahari dapat menembus dasar hutan yang lebat. Sehingga benih-benih tanaman rendah di permukaan tanah dapat tumbuh.

Selain memelihara ekosistem yang terdapat di dalam hutan konservasi, PT MKC juga membentuk tim khusus yang dinamakan ranger, untuk mengamankan kelestarian hutan tersebut.

Kepala Unit Bisnis PT MKC Bengalon Dedi Inkirawang mengatakan, perusahaannya berkomitmen dan memberikan perhatian penuh terhadap habitat flora dan fanua yang ada di hutan konservasi. Deddy juga mengajak beberapa elemen masyarakat dan aparat pemerintah khususnya desa, untuk turut menjaga keamanan dan kelestarian kawasan konservasi tersebut. (*/006)