Harga Cabai, Tahu dan Tempe Meroket Pada Awal Januari 2021

Harga cabai naik dikisaran Rp20 ribu per kilogram di Pasar Segiri, Sabtu (0

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Menjelang tahun baru 2021 silam, harga untuk beberapa bahan pokok seperti bawang, beras, ayam, dan telur cenderung stabil. Namun pada awal Januari 2021 ini, rupanya harga tempe, tahu, dan beragam jenis cabai justru meroket.

Berdasarkan pantauan Niaga Asia di Pasar Segiri pada Sabtu (09/01/2021), kenaikan tempe, tahu, dan cabai memang benar adanya.

Salah satu penjual cabai yakni Arifin menyampaikan bahwa, sebelumnya cabai rawit dipatok seharga Rp 45-55 ribu rupiah per kilogram. Namun kini naik menjadi Rp 65-70 ribu per kilogram. Sedangkan untuk cabai keriting juga naik hingga Rp 65 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya berada di harga Rp 50-55 ribu per kilogram.

“Kalau tiap awal tahun memang pasti naik harga cabai. Ini naik memang dari sananya, dari kebun. Jadi stoknya yang ada ini saja,” ungkap Arifin. Penurunan harga cabai masih belum bisa dipastikan.

Ditanya soal omzet, dia menyebut masih stabil dan biasa saja. Sebab, cabai masih ramai dibeli orang karena menjadi kebutuhan pula. Dalam sehari, cabai-cabai yang dijualnya biasa laku 30 kilogram.

“Namun itu pun tak menentu. Bergantung pada pembeli yang datang,” katanya.

Harga kedelai naik pedagang perkecil ukuran tempe dan tahu. (Foto Niaga.Asia)

Ditemui terpisah, Rofik, salah seorang pedagang tahu tempe pun mengeluhkan kenaikan kedelai yang menurutnya sudah terjadi sejak sebelum Natal 2020 lalu. Kenaikan harga pun bertahap. Biasanya, harga 1 karung kedelai senilai Rp 350 ribu. Sekarang naik menjadi Rp 480 ribu.

“Karena kedelai mahal, jadinya saya perkecil bentuk tempenya. Kalau mau naikkan harga tempe itu susah. Harganya masih Rp 5 ribu. Kalau tahu masih bisa. Naik jadi Rp 5 ribu. Sebelumnya Rp 4 ribu per bungkus,” jelas Rofik.

Rofik sangat berharap keadaan harga kedelai bisa normal kembali. Sebab kenaikan saat ini juga berdampak pada keuntungan yang jadi lebih kecil. Pembeli pun diakuinya mulai sepi.

Biasanya kata  Rofik, ia membawa 2 kaleng tahu untuk 50 bungkus tahu dan 1 karung tempe. Namun saat ini hanya sanggup menjual 1 kaleng tahu dan setengah karung tempe.

Untuk tempe, kini dia hanya menjual 25 keping untuk ukuran besar dan 15 keping untuk yang kecil. Padahal, sebelumnya bisa menjual lebih dari jumlah saat ini.

“Kalau bikin banyak dan bersisa, nanti jadinya rugi. Jadi disesuaikan saja. Apalagi keadaan pandemi begini, pembeli berkurang,” tandas Rofik. (*)

Tag: