Demi Ikut ANBK, Pelajar di Tau Lumbis Carter Perahu Rp8 Juta ke Mansalong

Pelajar gunakan  perahu di sungai Tau Lumbis, Kecamatan Lumbis Hulu daam rangka mengikuti ANBK. (foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Sejumlah pelajar di sekolah di daerah Terluar, Terpencil dan Tertinggal (3T) di perbatasan Indonesia Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, harus mengeluarkan biaya hingga Rp8 juta untuk mencarter perahu panjang (longboat) dalam rangka mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).

“Pelajar di Tau Lumbis, Kecamatan Lumbis Hulu mengikuti ANBK di SMP Mansalong, Kecamatan Lumbis, jarak tempuh perjalanan naik perahu sekitar 6 sampai 8 jam, dan harus mengeluarkan uang carter perahu Rp8 juta,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Nunukan, H. Junaidi pada Niaga.Asia, Rabu (06/10).

Keterbatasan sarana dan prasarana menghambat sekolah-sekolah di wilayah perbatasan RI – Malaysia melaksanakan ANBK. Sementara, pemerintah pusat menuntut semua daerah dari perkotaan hingga pedalaman meningkatkan mutu pendidikan.

“Kita dituntut bersaing meningkatkan kualitas pendidikan, sementara sarana dan prasarana sangat terbatas,” kata Junaidi.

Keterbatasan perangkat komputer ditambah belum adanya jaringan internet dan listrik menjadi kendala utama. Beberapa sekolah terpaksa mengirimkan siswa dan siswi mengikuti ANBK ke sekolah lain.

Mengirimkan siswa dan siswa mengikuti ANBK ke sekolah lain nyatanya tetap menimbulkan masalah baru karena, jarak sekolah  yang saing berjauhan  memerlukan biaya transportasi yang mahal dan waktu yang tidak singkat.

Persoalaan serupa dialami pula pelajar di perbatasan wilayah tiga seperti kecamatan Krayan Selatan, Krayan Barat dan Krayan Timur yang harus mengikuti ANBK di SMP Kecamatan Krayan induk.

Jarak tempuh sangat jauh melintasi hutan dan jalan darat rusak parah menyebabkan para pelajar kelelahan setelah tiba di tujuan, belum lagi harus bergantian mengikuti ANBK karena keterbatasan perangkat komputer.

“Tolong perhatikan sarana dan prasarana daerah 3T. Jangan hanya menuntut perbaikan mutu, sementara kebutuhan kami di perbatasan tidak dipenuhi,” bebernya.

Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Disdikbud Nunukan di Kecamatan Lumbis Hulu, Ali Sinja membenarkan siswa dan siswa SMP Tau Lumbis mengikuti ANBK di luar kecamatan yang jaraknya sekolahnya sekitar 8 jam perjalanan.

“Karena ANBK berada di luar kecamatan, anak-anak naik perahu menuju sekolah tujuan dengan biaya transportasi carter perahu sekitar Rp 8 juta,” ujarnya.

Tiap perahu carteran mampu membawa 20 orang pelajar yang jarak tempuhnya sekitar 6 sampai 8 jam menuju Mansalong Lumbis. Terkadang perahu berhenti karena air sungai surut dan ditarik dengan tali melintasi bebatuan.

Setelah tiba di Mansalong, sebanyak 20 pelajar peserta ANBK menginap di satu bangunan rumah, terkadang ada orang tua wali murid mengawal atau menemani anaknya selama mengikuti ujian.

“Ada transportasi udara dari Tau Lumbis ke Malinau biaya sekitar Rp 300.000, tapi tidak selalu ada penerbangan,” sebutnya.

Sekolah-sekolah di Lumbis Hulu belum memiliki kelengkapan komputer, disana juga kesulitan jaringan listrik dan internet, namun sekolah bertekad tetap mengikutkan semua anak-anak dalam kegiatan ANBK.

Bepergian keluar kecamatan mengikuti kegiatan sekolah bukanlah hal baru bagi anak-anak di Lumbis Hulu, pada tahun-tahun sebelum, siswa – siswi diberangkatkan ke Mansalong Lumbis mengikuti UNBK.

“Kalau bisa bantulah sekolah kami menyiapkan komputer, kasihan anak-anak pergi jauh mengikuti ANBK setiap tahunnya,” imbuhnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Budi Anshori

Tag: