Pfizer Ajukan Penggunaan Pil COVID-19 ke Regulator AS

Gambar yang disediakan oleh Pfizer ini menunjukkan pil COVID-19 yang mereka produksi. Pfizer menyatakan Selasa, 16 November 2021 sedang mengirimkan pil eksperimentalnya untuk otorisasi AS (Pfizer melalui AP)

WASHINGTON.NIAGA.ASIAPfizer meminta persetujuan penggunaan pil COVID-19 buatan mereka kepada regulator Amerika Serikat (AS), Selasa (16/11). Rencananya pil itu diluncurkan di musim dingin mendatang.

Pengajuan Pfizer itu dilakukan di tengah meningkatnya kasus infeksi baru. Terlebih nantinya di musim dingin, warga lebih banyak memilih untuk berdiam di dalam rumah. Penggunaan pil itu dinilai tepat.

Pfizer mengklaim pil buatannya terbukti meminimalisir tingkat rawat inap dan kematian dari mereka yang terpapar COVID-19.

Badan POM (Food and Drug Administration/FDA) AS sendiri saat ini tengah meninjau pil produksi kompetitor seperti Merck, yang juga telah mengajukan otorisasi penggunaan pil antivirus.

“Kami bergerak secepat mungkin dalam upaya kami untuk mendapatkan pengobatan potensial ini ke tangan pasien, dan kami berharap dapat bekerja sama dengan FDA AS dalam meninjau aplikasi kami,” kata CEO Pfizer Albert Bourla, dalam pernyataan dilansir The Associated Press.

Secara khusus, Pfizer menginginkan obat tersebut tersedia untuk orang dewasa yang terpapar COVID-19 gejala ringan hingga sedang, dan berisiko sakit parah.

Penggunaan pil itu sendiri mirip dengan penggunaan untuk penyakit lainnya. Kendati demikian, semua perawatan COVID-19 yang disetujui Badan POM, memerlukan infus dan suntikan yang diberikan tenaga medis profesional. Baik di RS maupun klinik.

Badan POM berencana mengadakan pertemuan publik tentang pil COVID-19 buatan Merck akhir bulan ini, untuk mendapatkan pendapat dari para ahli sebelum membuat keputusan. Meski Badan POM tersebut tidak diharuskan untuk mengadakan pertemuan semacam itu.

Beberapa ahli memperkirakan perawatan COVID-19 pada akhirnya akan digabungkan untuk melindungi dari efek terburuk akibat paparan virus.

Pfizer melaporkan awal bulan ini bahwa pilnya memangkas rawat inap dan kematian sebesar 89% di antara orang dewasa berisiko tinggi yang memiliki gejala awal COVID-19.

Perusahaan mempelajari penggunaan pilnya pada orang yang tidak divaksinasi dan menghadapi risiko terburuk dari virus karena usia atau masalah kesehatan, seperti obesitas. Jika diizinkan, Badan POM harus mempertimbangkan untuk menyediakan pil untuk orang yang divaksinasi, karena mereka bukan bagian dari tes awal.

Untuk hasil terbaik, pasien harus mulai meminum pil dalam waktu tiga hari sejak gejala muncul, dengan tetap melakukan diagnosis yang cepat.

Obat Pfizer adalah bagian dari keluarga obat antivirus berusia puluhan tahun yang dikenal sebagai protease inhibitor, yang merevolusi pengobatan HIV dan hepatitis C. Obat tersebut memblokir enzim utama yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak di dalam tubuh manusia. Itu berbeda dari pil Merck, yang menyebabkan mutasi kecil pada virus Corona hingga tidak dapat mereproduksi dirinya sendiri.

Pada hari Selasa, Pfizer menandatangani kesepakatan dengan kelompok yang didukung PBB untuk memungkinkan pembuat obat generik memproduksi pil versi murah untuk negara-negara tertentu. Merck memiliki kesepakatan serupa untuk pilnya, yang disahkan di Inggris awal bulan ini.

Sebelumnya, AS telah menyetujui satu obat antivirus lain untuk COVID-19, remdesivir, dan mengesahkan tiga terapi antibodi yang membantu sistem kekebalan melawan virus. Tetapi mereka biasanya harus diberikan melalui infus oleh para profesional kesehatan dan persediaan yang terbatas, dibatasi oleh gelombang terakhir dari varian delta.

Pemerintah AS telah berkomitmen untuk membeli pil Merck. Meski demikian otoritas federal juga sedang bernegosiasi dengan Pfizer untuk membeli jutaan dosis pilnya. Demikian diungkapkan seorang pejabat yang mengetahui masalah tersebut.

Sumber : The Associated Press | Editor : Saud Rosadi

Tag: