Difasilitasi Konsulat RI Tawau, 161 Alumni CLC dan SIKK Bersekolah di Indonesia

Konsulat RI Tawau di Sabah Malaysia Heni Hamidah berbincang dengan rombongan pelajar repatriasi di Pelabuhan Tawau, Sabah (Foto : istimewa/niaga.asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Konsulat RI di Tawau, Sabah, Malaysia, melepas keberangkatan 161 alumni pelajar Community Learning Center (CLS) dan Sekolah Indonesia kota Kinabalu (SIKK) untuk mengikuti pendidikan lanjutan Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah Indonesia.

“Alumni CLS dan SIKK adalah lulusan pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP),” kata Kepala Perwakilan Konsulat RI Tawau, Sabah, Malaysia, Heni Hamidah pada kepada niaga.asia, Rabu (9/2).

Keberangkatan alumni CLS dan SIKK dari pelabuhan Internasional Tawau, Sabah, Malaysia, menuju pelabuhan Internasional Tunon Taka Nunukan, menggunakan kapal cepat KM Purnama Express dan KM Francis.

Setibanya di Nunukan, rombongan pelajar yang didampingi beberapa orang guru disambut oleh Pemkab Nunukan, dan juga panitia repatriasi untuk pengaturan pemeriksaan kesehatan serta karantina.

“Seluruh peserta termasuk guru pendamping sebelumnya telah menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Tawau, dengan hasil tes negatif,” ujar Heni.

Pelajar CLS dan SIKK yang terdiri 63 pria dan 98 perempuan merupakan anak – anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berkesempatan dan terpilih melanjutkan sekolah di Indonesia, melalui program repatriasi pendidikan.

Program repatriasi pendidikan di tahun 2022 sendiri menunjuk tiga sekolah mitra yang berada di Kalimantan Utara (Kaltara), Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Sulawesi Selatan (Sulsel), sebagai sekolah rujukan pendidikan.

“Ada tiga sekolah menjadi rujukan pendidikan anak PMI tahun ini, mereka nantinya akan diarahkan guru pendamping dan panitia,” jelasnya.

Heni menjelaskan, sebanyak 34 orang pelajar yang terdaftar dalam program repatriasi adalah penerima beasiswa jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).

161 siswa akan disebar ke tiga provinsi Kaltara, Kalsel dan Sulsel (Foto : istimewa)

Kemudian, 113 orang pelajar penerima beasiswa jalur yayasan atau sekolah. Sedangkan 14 orang pelajar lainnya adalah penerima beasiswa Pemerintah Provinsi Sulsel.

“Penempatan sekolahnya dibagi-bagi. Di Kaltara sebanyak 55 peserta, sekolah Kalsel 21 peserta dan 85 orang pelajar di Sulsel,” terang Heni.

Program repatriasi adalah kegiatan tahunan hasil kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bersama KRI Tawau dan KJRI Kota Kinabalu, serta Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) dan Yayasan Sabah Bridge (SB) sebagai inisiator.

Sehari sebelum pemberangkatan, seluruh peserta menjalani program pembekalan dari panitia tentang orientasi dan pengenalan mengenai keadaan di tempat tujuan, serta hal-hal lain yang perlu diketahui dan dilakukan.

“Hampir seluruh peserta lahir dan tumbuh besar di Malaysia, dan belum pernah ke Indonesia. Maka perlu kiranya mereka diberikan gambaran mengenai wilayah tujuan,” bebernya.

Anak-anak PMI penerima beasiswa sebagian besar tidak memiliki dokumen identitas diri. Karena itu, sebelum diberangkatkan ke Indonesia, perwakilan RI di Tawau dan Kota Kinabalu, terlebih dulu membantu penerbitan dokumen dan memfasilitasi pengurusan special pass di kantor Imigrasi.

Pengurusan dokumen administrasi bertujuan agar anak-anak dapat pulang ke tanah air secara legal. Dengan demikian program repatriasi pendidikan ini juga turut mengurangi jumlah WNI ilegal khususnya di Malaysia.

“Program ini membuka jalan bagi anak-anak PMI untuk mengecap pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar mereka bisa mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik,” harap Heni.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau

 

Tag: