Populasi Badak Sumatera di Kaltim Tahun 2013 Sebanyak 23 Ekor

Badak Sumatera di Kalimantan terakhir terlihat di Kabupaten Kutai Barat akhir tahun 2018 dan berhasil diselamatkan setelah terjebak di dalam pit trap (lubang jebakan) nomor 4, yang berada dekat aliran anak sungai Tunuq, pada Minggu pagi (25/11/2018) pukul 07. 30 WITA. (Foto HO/NET)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Badak Sumatera (dicerorhinus sumatrensis) diketahui keberadaanya melalui camera trap yang dipasang oleh tim survey dari WWF pada tahun 2013, di wilayah Kalimantan yaitu di Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Hulu di Provinsi Kalimantan Timur.

Habitat Badak yang ada di Kalimantan berada di hutan produksi yang dikelilingi oleh area pertambangan. Populasi di dua kantong yang ada kurang lebih hanya 23 ekor. Sedangkan di Pulau Sumatera, populasi Badak Sumatera hanya tersisa sekitar 100 ekor.

Hal itu mengemuka ketika Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati bersama WWF Indonesia menyelenggarakan “International Workshop Capture and Translocation Indonesian Rhinos” pada tanggal 17-18 Mei 2017 di Hotel Aviary, Bintaro.

Workshop ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah Provinsi dan Kabupaten di Kalimantan Timur, perwakilan UPT lingkup Ditjen KSDAE yang memiliki habitat badak, perguruan tinggi, LSM dan para expert konservasi badak dari dalam maupun luar negeri.

Dilaporkan, kondisi dan keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan berpotensi mendapat tekanan yang lebih berat di masa yang akan datang. Ancaman yang dialami di habitat Badak di Kalimantan adalah tekanan dari rencana operasional tambang batubara disekitar habitat, penebangan liar dan konsesi operasional perkebunan kelapa sawit dan ancaman ini terus berlanjut hingga saat ini.

Sebagai akibat rencana operasional tambang, masyarakat setempat juga mengklaim area/lahan yang menjadi habitat badak untuk dijual kepada perusahaan. Hal ini menyebabkan situasi habitat Badak terutama di kantong tiga mengalami tekanan dan ancaman yang tinggi.

Selain itu, ancaman utama yang dialami oleh Badak Sumatera adalah berkurangnya luasan hutan yang menjadi habitat badak, fragmentasi habitat, aktifitas masyarakat di sekitar habitat Badak, perburuan dan aktifitas illegal lainnya, degradasi kualitas habitat.

Terakhir, 28 November 2018, satu ekor Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) berjenis kelamin betina, telah berhasil diselamatkan di Kabupaten Kubar. Badak tersebut diketahui masuk ke dalam pit trap (lubang jebakan) nomor 4, yang berada dekat aliran anak sungai Tunuq, pada Minggu pagi (25/11/2018) pukul 07. 30 WITA.

Menurut Direktur Jenderal KSDAE KLHK (saat itu), Wiratno, menyampaikan bahwa translokasi merupakan langkah awal yang sangat penting dalam upaya menyelamatkan Badak Sumatera, karena saat ini berada dalam situasi kritis.

“Pemerintah Indonesia berkomitmen penuh, tidak hanya untuk upaya pengembangbiakan semi alami yang sekarang sedang berlangsung, tetapi untuk menjaga habitat alami Badak Sumatera, dengan harapan akhirnya melepaskan kembali satwa ke alam,” tegasnya.

Operasi penyelamatan adalah awal dari program penyelamatan yang telah direncanakan, tujuannya untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan, dan akhirnya meningkatkan populasi Badak Sumatera di habitat alaminya, baik di Sumatera maupun di Kalimantan.

Kaltim Mendukung Koservasi Badak

Fokus Grup Diskusi  dan Deklarasi Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Populasi Badak Kalimantan pada Hari Badak Sedunia. (Foto Yuvita/Biro Adpim Setdaprov Kaltim)

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kaltim Ence Achmad Rafiddin Riza menegaskan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sangat mendukung dalam upaya konservasi Badak Sumatera di Kaltim, karena Badak Sumatera merupakan salah satu mamalia yang keberadaannya sangat terancam dikarenakan jumlah populasinya yang kecil.

Hal itu disampaikannya  Rafiddin dalam kegiatan FGD Penyusunan Strategi Darurat Konservasi Badak Sumatera  dan Deklarasi Rencana Aksi Darurat Penyelamatan Populasi Badak Kalimantan pada Hari Badak Sedunia, Senin lalu, kutip Tim Publikasi Biro Adpim Setdaprov Kaltim.

Menurut Rafiddin, dalam melakukan konservasi Badak Sumatera di Kaltim, penting komitmen para pihak guna menjaga kelestarian populasi Badak Sumatera di Kaltim yang statusnya saat ini dikategorikan terancam punah.

Selain adanya komitmen, juga diperlukan strategi dalam membangun arah konservasi yang diharapkan, sehingga dalam implementasinya dapat teridentifikasi sumber-sumber permasalahan apa saja nantinya yang timbul dalam pengelolaan konservasi Badak Sumatera di Kaltim.

“Ketika sumber permasalahan atau kendala-kendala yang muncul dalam implementasi konservasi telah teridentifikasi, maka perlu kerja sama para pihak maupun stakeholder terkait untuk dapat memecahkan segala permasalahan yang timbul dalam upaya pelaksanaan konservasi Badak Sumatera di Kaltim,” paparnya.

Implementasi dari dukungan Pemerintah Provinsi Kaltim, maka diperlukan langkah cepat dalam upaya konservasi Badak di Kaltim dengan menyusun strategi darurat konservassi Badak Sumatera di Kaltim.

Rafiddin menambahkan, para peserta FGD ini dapat memberikan masukan, ide ataupun gagasan dalam merumuskan strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya konservasi badak di Katim dan membentuk wadah atau forum kolaborasi dalam mewujudkan komitmen dan strategi yang telah dibangun,” pinta Rafiddin.

Kepala BKSDA Kaltim Ivan Yusfi Noor, mengatakan,  tujuan pelaksanaan FGD Penyusunan Strategi Darurat Konservasi Badak di Kalimantan adalah menguatkan komitmen para pihak terhadap penyelamatan badak di Kaltim, serta menyusun strategi darurat konservasi Badak di Kalimantan dengan melakukan langkah-langkah apa apa saja dan siapa-siapa saja yang terlibat.

“Selain penguatan komitmen para pihak terhadap penyelamatan Badak Sumatera di Kaltim, tentu yang terlibat nanti kita harapkan dapat melakukan aksi-aksi sesusai kapasitas masing-masing, serta membentuk wadah kolaborasi untuk mencari solusi dalam pelaksanaan maupun pemecahan permasalahan dalam pengelolaan konservasi populasi Badak Sumatera di Kaltim,” kata Ivan Yusfi Noor.

Upaya penyelamatan Badak Sumatera di Kaltim ini, juga didukung oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, Sekretariat Bersama Badak Indonesia, Yayasan WWF Indonesia, Aksi Konservasi Hutan Tropis (TFCA), Yayasan Badak Indonesia (YABI), Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALeRT), Institut Pertanian Bogor (IPB), PT. Hutan Lindung Kelian Lestari (HLKL), Borneo Rhino Alliance (BORA), Universitas Mulawarman, Komunitas Pecinta Alam Damai (KOMPAD), mitra terkait lainnya, dan komunitas masyarakat adat.

Badak Sumatera yang hidup di Kutai Barat (Kubar) Kalimantan Timur (Kaltim), habitatnya terdesak oleh konsesi tambang, dan terisolasi, sehingga kemungkinan reproduksinya hampir tidak ada, dan terancam punah.

 [Intoniswan|ADV|Diskominfo Kaltim]

Tag: