Jemaah Komorbid Diabetes Mesti Gunakan Alas Kaki yang Tepat

Dokter tim P3JH bantu jemaah haji di Masjid Nabawi. Gambar pada 19 Juni 2022 (Foto : Kemenag RI)

MEKKAH.NIAGA.ASIA — Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah melansir sampai hari Jumat (24/6), sedikitnya merawat 10 pasien dengan komorbid atau penyakit bawaan diabetic foot.

Tim dokter KKHI Makkah dr Ahmad Syahri, Spesialis Penyakit Dalam menerangkan, neuropati merupakan salah satu komplikasi dari diabetes, yaitu terjadinya gangguan syaraf akibat penyakit diabetes yang ditandai dengan kesemutan, nyeri, atau mati rasa yang lebih sering menyerang syaraf kaki.

“Saraf-saraf nya menjadi tidak sensitif. Sehingga ketika berjalan misalnya lupa pakai alas kaki, terkena trauma dan akhirnya mengalami luka,” kata Ahmad, dilansir laman Kementerian Kesehatan, Jumat.

Untuk luka kecil atau ringan, lanjut Ahmad, cukup dioleskan dengan salep atau perawatan yang biasa, pasien bisa kembali melanjutkan aktivitas. Namun kondisi ini berbeda halnya jika sampai terjadinya infeksi pada luka, harus dilakukan perawatan lebih lanjut.

“Apabila sampai terjadi luka infeksi perlu perawatan luka sampai debridement atau perawatan luka kaki khusus,” ujar Ahmad.

Diterangkan, dengan begitu penting bagi jemaah haji yang mempunyai riwayat diabetes untuk memperhatikan kakinya, melihat apakah memiliki tanda-tanda luka.

“Apalagi dengan cuaca yang panas dan kering seperti di Arab Saudi, kulit kaki menjadi lebih mudah kering, pecah-pecah, sampai terjadinya luka yang tidak disengaja,” ujar Ahmad.

Pencegahan terbaik menurut adalah jangan sampai terjadi luka di kaki. Sekalipun terjadi luka, sebaiknya segera diobati, agar tidak mengarah pada kondisi infeksi bahkan sepsis.

“Jadi pencegahannya kalau diabetes adalah jangan sampai ada luka terutama luka di kaki,” terang Ahmad.

Untuk itu Ahmad menyarankan jemaah haji untuk menggunakan alas kaki yang dirasakan paling nyaman, dan tidak akan melukai kaki.

“Prinsipnya tetap melihat kenyamanan dari penggunaannya,” sebut Ahmad.

Hal ini penting dilakukan, mengingat jarak yang harus ditempuh jemaah haji. Ahmad mencontohkan, jarak tempuh yang harus dilalui jemaah untuk melakukan ibadah di masjidil haram dari terminal Syib Amir kurang lebih sejauh 1 km pulang pergi.

“Belum lagi nanti di Masjidil Haram untuk melakukan tawaf dan sa’i,” jelasnya lagi.

Ahmad juga berpesan kepada para Tenaga Kesehatan Haji (TKH) kloter untuk memetakan jemaah haji yang sudah memiliki komorbid, dan melakukan deteksi masalah kesehatan jemaah sedini mungkin.

“Semakin cepat terdeteksi masalah kesehatannya dan semakin cepat ditangani tentu akan semakin lebih baik hasilnya. Kalaupun ada kasus yang tidak bisa ditangani di kloter kami, dari KKHI siap 24 jam untuk menerima,” demikian Ahmad.

Sumber : Kementerian Kesehatan | Editor : Saud Rosadi

Tag: