Air Bersih dan Pendidikan Pengaruhi Kesejahteraan Masyarakat

Foto Kaltim Today.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Ketersediaan air bersih baik secara kuantitas maupun kualitas dapat menjadi indikator kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) merupakan kabupaten dengan persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak terendah dan satu-satunya di Kalimantan Timur (Kaltim) yang berada di bawah 50 persen, yaitu hanya 45,53 persen. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Mahulu menggunakan air sungai yang telah diolah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kabupaten Paser dan Kabupaten Kutai Timur adalah kabupaten dengan persentase terendah selanjutnya yaitu 69,71 persen dan 78,00 persen,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur (Kaltim), Dr. Yusniar Juliana, S.ST, MIDEC dalam laporan berjudul “Analisis Isu Terkini Provinsi Kalimantan Timur 2023” yang dipublish Desember 2023.

Kemudian, pendidikan perempuan juga memainkan peran penting pada kesehatan anak, terutama risiko terjadinya stunting. Seorang perempuan dengan pendidikan rendah mungkin memiliki pemahaman yang lebih terbatas tentang pentingnya gizi dan perawatan anak-anak.

Sementara perempuan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dan dapat mengambil keputusan yang lebih baik terkait dengan kesehatan anak–anak mereka.

Menurut BPS Kaltim, Kabupaten Penajam Paser Utara atau PPU (63,54 persen), Kabupaten Kutai Timur (60,07 persen), Kabupaten Kutai Kartanegara (59,98 persen), dan Kabupaten Paser (59,91 persen) adalah empat kabupaten dengan persentase penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas dengan ijazah tertinggi yang dimiliki berupa SMP/MTs/Paket B/SPM/PDF Ulfa/SDLB ke bawah terbanyak di Kaltim.

“Keempat kabupaten tersebut juga merupakan kabupaten dengan angka prevalensi stunting cukup tinggi di Kaltim,” kata Yusniar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan perempuan memiliki dampak atau kontribusi yang cukup besar pada risiko terjadinya stunting. Selain berbagai kondisi sosial, kondisi ekonomi suatu keluarga juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko stunting pada anak.

Stunting, yang merupakan hasil dari kekurangan gizi kronis dan lingkungan yang tidak memadai, sering kali terkait erat dengan kondisi ekonomi yang rendah. Keluarga dengan kondisi ekonomi yang terbatas mungkin memiliki akses terbatas dalam menyediakan makanan bergizi secara konsisten.

Anak-anak dalam keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi mungkin tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, yang dapat meningkatkan risiko stunting.

Secara umum, kebutuhan seseorang terbagi menjadi dua jenis, yaitu kebutuhan makanan dan bukan makanan. Pada keluarga dengan kondisi ekonomi/pendapatan terbatas, kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan atau dengan ekonomi rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan.

Terdapat tiga kabupaten yaitu Kabupaten Mahakam Ulu (55,66 persen), Kabupaten Paser (51,73 persen), dan Kabupaten Penajam Paser Utara (50,86 persen) yang memiliki persentase rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan lebih besar dibandingkan bukan makanan. Jika dikaitkan dengan teori Engel (1857)2 , dapat dikatakan kesejahteraan ketiga kabupaten tersebut lebih rendah dibandingkan kabupaten/kota lainnya.

Berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2022, Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki prevalensi anak stunting tertinggi, hingga 27,1 persen. Kemudian disusul Kota Samarinda sebesar 25,3 persen.

Selanjutnya, Kabupaten Paser 24,9 persen, Kabupaten Kutai Timur 24,7 persen, Kabupaten Kutai Barat 23,1 persen, Kabupaten Penajam Paser Utara 21,8 persen, Kabupaten Berau 21,6 persen, Kota Bontang 21,0 persen, Kota Balikpapan 19,6 persen, dan yang paling rendah adalah Kabupaten Mahakam Ulu sebesar 14,8 persen.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan      

Tag: